Sementara itu, pekerja migran tiga kali lebih mungkin terkena dampak daripada penduduk lokal, kata ILO.
ILO juga mengatakan perempuan dan anak-anak adalah yang paling rentan. Anak-anak merupakan satu dari setiap lima orang dalam kerja paksa. Dengan lebih dari setengahnya terjebak dalam eksploitasi seksual komersial, laporan tersebut menjelaskan.
Namun laporan itu juga mengatakan 14 persen dari mereka yang bekerja paksa, melakukan pekerjaan yang dipaksakan oleh otoritas negara. Ini menyuarakan keprihatinan tentang penyalahgunaan kerja paksa penjara di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
Ini juga menunjukkan keprihatinan serius yang diangkat oleh kantor hak asasi PBB tentang “laporan yang dapat dipercaya tentang kerja paksa di bawah kondisi yang sangat keras” di Korea Utara. Dan laporan itu menyoroti situasi di China, menunjukkan kekhawatiran tentang tuduhan kerja paksa di beberapa bagian negara.
Kesimpulan ini merujuk pada laporan yang dikeluarkan oleh kantor hak asasi manusia PBB pada 31 Agustus. Laporan tersebut mengatakan “pelanggaran hak asasi manusia yang serius” telah dilakukan di China, dan bahwa penahanan warga Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
China dengan keras membantah tuduhan itu dan bulan lalu meratifikasi dua konvensi menentang kerja paksa dan perbudakan modern. Ini berarti “mereka akan mulai melaporkan situasi Uighur, dan itu akan memberi kita peluang baru untuk memiliki akses dan masuk lebih dalam ke situasi dalam hal itu”, kata Ryder. Dia mengakui bahwa diskusi tentang hak-hak buruh di Xinjiang adalah “bukan percakapan yang mudah, tapi jelas, itu sangat penting”.
Baca juga: Eksploitasi Warga Uighur Dicap sebagai 'Perbudakan Modern'
AL JAZEERA