TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas eskalasi di perbatasan dengan Azerbaijan.
Armenia dan Azerbaijan terlibat kontak senjata pada Senin malam, 12 September 2022, dipicu sengketa wilayah Nagorno-Karabakh, yang sudah puluhan tahun.
“Perdana Menteri memberikan perincian tentang tindakan provokatif dan agresif Angkatan Bersenjata Azerbaijan ke arah wilayah kedaulatan Armenia, yang dimulai pada tengah malam dan disertai dengan penembakan dari artileri dan senjata kaliber besar," demikian dilaporkan Tass mengutip pernyataan juru bicara pemerintah Armenisa, Selasa.
"Perdana Menteri menyatakan, tindakan Azerbaijan tidak dapat diterima dan menekankan pentingnya tanggapan yang memadai dari masyarakat internasional," kata pernyataan itu.
Kabinet mencatat bahwa para pihak sepakat untuk mempertahankan kontak operasional.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Armenia mengumumkan bahwa pada pukul 00:05, Selasa, 13 September 2022, unit-unit angkatan bersenjata Azerbaijan melepaskan tembakan hebat ke arah kota-kota Goris, Sotk dan Jermuk menggunakan artileri, kaliber besar dan senjata ringan.
Kedua negara pecahan Uni Soviet ini memilih jalan berbeda. Armenia lebih dekat dengan Rusia, sedangkan Azerbaijan merapat ke NATO.
Meski bukan anggota, sejak 1997 Azerbaijan terlibat dalam Proses Perencanaan dan Tinjauan PfP (Partnership of Peace) yang memungkinkan NATO dan Sekutu individu untuk membantu Azerbaijan dalam mengembangkan unit-unit terpilih untuk meningkatkan operasi dengan unit-unit Sekutu.
Azerbaijan juga mengembangkan unit sesuai dengan standar NATO, mengorganisir kontribusi kekuatan untuk operasi dukungan perdamaian yang dipimpin NATO di luar negeri, dan mempersiapkan berbagai kemampuan lain untuk misi masa depan yang potensial di mana Azerbaijan dapat memutuskan untuk berpartisipasi.
TASS