TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris yang baru Liz Truss telah memilih sebuah kabinet, di mana untuk pertama kali laki-laki kemungkinan tidak akan memegang posisi vital di kementerian.
Truss menunjutk Kwasi Kwarteng, untuk duduk sebagai Menteri Keuangan Inggris. Kwasi tercatat sebagai orang kulit hitam pertama yang menduduki posisi kunci tersebut. Kedua orang tua Kwasi berasal dari Ghana dan hijrah ke Inggris pada 1960-an.
Liz Truss tiba di Broadcasting House menjelang penampilannya di acara BBC Sunday dengan Laura Kuenssberg di London, Inggris 4 September 2022. REUTERS/Phil Noble
Truss juga menunjuk James Cheverly sebagai Menteri Luar Negeri Inggris. Dia pun mencetak sejarah sebagai laki-laki kulit hitam pertama yang menduduki jabatan itu.
Ibu Cheverly berasal dari Sierra leone dan ayahnya adalah laki-laki kulit putih. Cheverly punya pengalaman pernah dirundung (bully) karena dia orang keturunan (kulit putih dan hitam). Hal ini membuat Cheverly pernah mencetuskan agar Partai-partai di Inggris berbuat lebih banyak untuk menarik para pemilih kulit hitam.
Suella Braverman, yang kedua orang tuanya berasal dari Kenya dan Mauritius, dipercaya duduk sebagai Menteri Dalam Negeri Inggris. Orang tua Braverman merantau ke Inggris enam dekade silam.
Adanya keberagaman dalam pemerintahan Inggris saat ini berkat desakan pada Partai Konservatif dalam beberapa tahun terakhir. keberagaman juga terlihat dari sejumlah kandidat yang akan duduk di kursi parlemen Inggris.
Pemerintah Inggris selama berpuluh tahun selalu didominasi oleh laki-laki kulit putih. Sampai 2002, Pemerintah Inggris saat itu, untuk pertama kali memilih etnis minoritas untuk duduk di kabinet. Ketika itu, Paul Boateng ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Inggris.
Rishi Sunak, yang kedua orang tuanya berasal dari India, pernah duduk sebagai Menteri Keuangan Inggris. Dia bahkan menjadi lawan Truss dalam perebutan kursi Perdana Menteri Inggris.
“Politik telah mengatur langkahnya. Kami sekarang melihat keberagaman ini sebagai hal yang normal. Perubahan ini luar biasa,” kata Sunder Katwala, Direktur lembaga kajian British Future.
Sumber; Reuters
Baca juga: Besok, Nadiem Siap Gelar Pertemuan Tingkat Menteri Pendidikan G20
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini