TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon bahwa negaranya dapat memainkan peran mediator mengenai pembangkit nuklir Zaporizhzhia di Ukraina. Hal ini diungkapkan kantor Erdogan seperti dilansir News18 Ahad 4 September 2022.
Sejak Maret, beberapa pekan setelah meluncurkan invasi ke Ukraina, Rusia telah menduduki PLTN Zaporizhzhia, yang merupakan PLTN terbesar di Eropa. Tetapi penembakan di sekitar fasilitas itu baru-baru ini meningkat, memicu kekhawatiran baru akan krisis nuklir internasional.
Erdogan bulan lalu memperingatkan bahaya bencana nuklir ketika ia mengunjungi Lviv untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. "Kami khawatir. Kami tidak menginginkan Chernobyl lagi," kata pemimpin Turki itu.
Kedua pemimpin juga membahas perkembangan mengenai ekspor biji-bijian Ukraina dan menyatakan tekad mereka untuk melanjutkan pembangunan pembangkit nuklir Akkuyu di Turki sesuai dengan rencana, kata kepresidenan Turki.
Erdogan dan Putin sepakat untuk membahas masalah tersebut secara rinci ketika mereka bertemu di Samarkand, Uzbekistan, untuk pertemuan puncak pada 15-16 September, tambahnya.
Pada Juni, Turki berhasil menengahi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina untuk pelepasan sekitar 22 juta ton gandum dan tanaman lainnya dari Ukraina untuk diekspor. Ini menjadi ekspor pertama sejak berbulan-bulan perang yang mengancam krisis pangan global.
Baca juga: Erdogan dan Putin Makin Mesra, AS Ancam Perusahaan Turki yang Bisnis dengan Rusia
NEWS18