TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris NCB Interpol Indonesia Divisi Hubungan Internasional Polri Brigjen Amur Chandra memastikan belum ada surat permohonan izin investigasi dari Peru mengenai dugaan penyiksaan yang menyebabkan kematian warganya di Bali, Rodrigo Ventocilla. Korban meninggal dalam tahanan kepolisian.
Rodgrigo Ventocilla, 32 tahun, adalah seorang mahasiswa pascasarjana Peru di Harvard yang merayakan bulan madu di Bali. Kematiannya telah membuat marah para aktivis LGBT yang menuduh diplomat Peru tidak berbuat cukup untuk melindunginya.
"Nanti dikomunikasikan dan dikoordinasikan," kata Amur Chandra kepada Tempo, Jumat, 2 September 2022.
Ventocilla ditahan di bandara di Bali pada awal Agustus atas dugaan kepemilikan ganja. Polda Bali menyebut dia meninggal beberapa hari kemudian karena kegagalan fungsi tubuh.
Kementerian Publik Peru, seperti dikutip Reuters pada Jumat, 2 September 2022, menyatakan, akan minta kepolisian menyelidiki penyebab kematian tokoh pembela hak transgender tersebut. Tetapi tidak merinci siapa yang akan diselidiki.
Julio Arbizu, pengacara untuk keluarga Ventocilla, mengatakan bahwa jaksa sedang menyelidiki diplomat Peru yang bertanggung jawab atas layanan konsuler di kedutaan Indonesia dan seorang pejabat Indonesia.
Menteri Publik menambahkan, penyelidikan diperkirakan akan berlangsung selama 8 bulan. Kementerian luar negeri Peru awalnya mengatakan penahanan Ventocilla tidak melibatkan "transfobia" dan kepemilikan ganja adalah pelanggaran serius di Indonesia.
Tetapi menyusul tekanan dari aktivis lokal, kementerian meminta Indonesia untuk membuka penyelidikan sendiri atas kematian tersebut. Indonesia menganggap kasus itu selesai dan tidak ada kekerasan yang terlibat dalam kematian Ventocilla.
Dalam pernyataan yang dipublikasi pada Selasa, 23 Agustus 2022, keluarga Ventocilla dan pasangannya Sebastían Marallano, menyerukan otoritas penegak hukum di Peru agar minta dilakukan investigasi yang sepatutnya atas hak-hak Ventocilla untuk menjamin kebenaran, keadilan dan repatriasi.
Warga negara Peru itu adalah pendiri Diversidades Trans Masculinas, yakni sebuah LSM yang memperjuangkan hak-hak transgender warga Peru. Sedangkan di Harvard Kennedy School, dia mengambil S2 jurusan Public Administration in International Development.