TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Australia mengeluh kekurangan tenaga kerja sehingga melumpuhkan bisnis dan mengurangi sentimen ekonomi, sementara satu juta calon pekerja migran menunggu proses terbitnya visa yang lama dan berbelit-belit.
Kontrol perbatasan yang ketat selama dua tahun dan eksodus pekerja migran dan pelajar asing telah membuat perusahaan Australia berjuang untuk mengisi pekerjaan dan mempertahankan bisnis mereka.
Namun, solusi yang tampaknya sederhana yakni dengan membiarkan lebih banyak migran masuk, menemui hambatan karena ada 914.000 berkas permohonan visa yang menumpuk sampai 12 Agustus lalu, demikian data imigrasi seperti dilaporkan Reuters, Kamis, 1 September 2022.
Dari jumlah tersebut, sekitar 370.000 adalah visa dalam kategori pengunjung sementara, visa pelajar dan visa terampil yang merupakan kunci pemulihan ekonomi negara. Ini juga termasuk pemohon yang sudah berada di Australia dan ingin mengubah status visa mereka menjadi yang lebih permanen.
Penundaan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan sumber daya di kantor imigrasi dan tumpukan besar permohonan yang dibiarkan tanpa pengawasan selama dua tahun karena pandemi memaksa pemerintah menutup perbatasan.
Baca Juga:
Tekanan soal tenaga kerja bagi Australia terjadi ketika persaingan untuk tenaga kerja terampil meningkat di seluruh dunia, terutama di industri di mana pandemi Covid-19 memaksa pengusaha memotong pekerjaan atau mendorong staf bekerja dari jarak jauh.
Negara-negara industri seperti Amerika Serikat dan di UE atau Asia telah berupaya melonggarkan aturan imigrasi dan mempermanis tawaran untuk menarik bakat terbaik. Selandia Baru juga membuat perubahan sementara pada aturan imigrasi untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja
Pemerintah baru Australia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese menyatukan para politisi, bisnis, serikat pekerja, dan lainnya untuk membahas masalah tersebut di KTT Pekerjaan dan Keterampilan nasional minggu ini.
"Pemerintah mengakui pentingnya imigrasi dan pengunjung dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja saat ini dan merangsang kegiatan ekonomi," kata juru bicara Departemen Dalam Negeri kepada Reuters.
"Kami berkomitmen untuk mengurangi antrean aplikasi visa ke tingkat sebelum Covid-19, dan telah meningkatkan aktivitas untuk mempercepat waktu pemrosesan," kata juru bicara itu.
Departemen telah menambah lebih dari 180 staf baru ke dalam peran pemrosesan visa sejak Mei untuk mengatasi tumpukan besar-besaran. Dalam dua bulan terakhir telah berhasil diproses hampir 1,14 juta aplikasi orang yang berada di luar Australia.
Tetapi dengan lebih dari 600.000 pemegang visa sementara meninggalkan negara itu sejak pandemi, masih banyak yang harus dilakukan untuk mengisi kesenjangan besar dalam industri kesehatan, konstruksi, dan perhotelan.
Pemerintah Albanese menyalahkan pemerintahan sebelumnya atas penundaan tersebut.
"Pemerintahan lama mendevaluasi imigrasi, dengan antrean aplikasi visa meningkat menjadi hampir 1.000.000 di tangan mereka," kata Menteri Imigrasi Andrew Giles dalam sebuah pernyataan pada bulan Juli.
Menurut data pemerintah baru-baru ini, untuk pertama kalinya, ada lebih banyak pekerjaan di pasar Australia daripada pencari kerja. Pertumbuhan upah naik pada laju tercepat dalam hampir delapan tahun di kuartal kedua, dan tingkat pengangguran mencapai level terendah baru di bulan Juli.
Cara unik tarik pelamar kerja
Sejumlah tempat usaha Australia menggunakan cara unik untuk mencari pegawai. Sebuah kafe di Sydney menyewa papan reklame elektronik di jalan raya utama untuk mengiklankan lowongannya.
"No Nights. No Weekends," demikian bunyi iklan untuk seorang kepala koki.
"Di area perdagangan lokal kami saja ada 300 posisi kosong untuk posisi serupa," kata Kristy Bannister, yang mengelola Bay Ten Espresso.
"Investasinya lebih tinggi daripada yang biasanya kami belanjakan, tetapi kami merasa tidak punya pilihan selain mencoba tindakan yang tidak biasa dalam keadaan ekstrem," kata Bannister.
Kafe tersebut akhirnya berhasil mempekerjakan seorang chef yang mengetahui tentang posisi tersebut melalui billboard.
Perusahaan tambang batubara Whitehaven Coal akan membangun properti perumahan sendiri di daerah terpencil, untuk menarik calon pekerja ke lokasi yang tidak dekat dengan perumahan memadai.
"Kami memiliki dimensi tambahan yang dianggap terpencil oleh beberapa orang dan ketika ada peluang bersaing di kota-kota, maka kami harus melakukan sesuatu yang sedikit berbeda," kata direktur pelaksana Whitehaven Paul Flynn.