TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan KBRI Manila menggelar Workshop Membatik menggunakan Gutta Tamarind pada 27 Agustus 2022 di Wisma Duta Besar KBRI Manila. Ada sekitar 50 peserta yang hadir, yang merupakan Pasangan Duta Besar Perwakilan Asing di Filipina (Spouses of Head of Missions/SHOM), ASEAN Ladies Foundation (ALF), Museum Volunteers of the Philippines, Polytechnic University of the Philippines (PUP), dan Diaspora Indonesia di Filipina.
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut adalah Niken Apriana, yang merupakan penemu metode baru membatik dengan Gutta Tamarind. Duta Besar RI untuk Filipina Agus Widjojo menyampaikan batik adalah warisan budaya yang sangat penting bagi Indonesia. Dia pun berharap, workshop ini dapat lebih memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia.
Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan KBRI Manila menggelar workshop Membatik Gutta Tamarind pada 27 Agustus 2022 di Wisma Duta Besar KBRI Manila. Sumber: dokumen KBRI Manila
Sedangkan Aisyah Endah Palupi dari Atdikbud KBRI Manila menyampaikan membatik dengan menggunakan Gutta Tamarind merupakan cara membatik yang berbeda dari cara membatik konfensional. Sebab biasanya membatik menggunakan lilin/wax yang dicairkan lalu ditorehkan di bahan/kain menggunakan canting. Namun teknik Gutta Tamarind menggunakan bubur biji asam jawa yang dicampur sejenis lemak nabati dan ditorehkan ke bahan/kain hanya dengan menggunakan plastik.
Batik Gutta Tamarind adalah batik kreatif yang materialnya menggunakan bubuk biji asam jawa dicampur sejenis lemak nabati. Bubuk biji tamarind memiliki tekstur seperti tepung terigu. Uniknya, ketika dicampur dengan air panas - dia akan mengental.
Kadar kekentalan tergantung dengan kebutuhan. Untuk kain yang cederung tebal, pembuatan bubur biji tamarind yang lebih encer, tetapi untuk kain yang tipis agak dikentalkan.
"Tujuan dari metode ini adalah sebagai bahan alternatif kreasi batik yang ramah lingkungan," ungkap Niken.
Selain membatik, kegiatan tersebut juga disemarakkan dengan peragaan busana hasil karya Citra Srikandi Indonesia. Para peserta terlihat antusias menikmati kegiatan membatik dan peragaan busana, terlebih dengan adanya klaim ramah lingkungan dengan metode gutta tamarind.
Baca juga: Muncul di Pecahan Uang Kertas Baru Rp 100.000, Simak Keunikan Tari Topeng Betawi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.