TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis LGBT di Peru menggelar unjuk rasa mempertanyakan bagaimana pemerintah mereka menangani kematian seorang pria transgender Peru di Bali awal bulan ini, setelah ditahan di bandara Denpasar begitu tiba untuk merayakan bulan madunya.
Rodrigo Ventocilla, seorang mahasiswa pascasarjana Peru di Universitas Harvard dan aktivis hak-hak transgender, meninggal di pulau wisata Bali karena sakit beberapa hari setelah ditahan atas dugaan kepemilikan ganja.
Kementerian Luar Negeri Peru mengeluarkan pernyataan minggu ini yang menyebut dugaan kepemilikan narkoba sebagai kejahatan serius di Indonesia dan bahwa transfobia tidak menjadi faktor dalam penangkapannya. Kemenlu juga membantah, Ventocilla meninggal dalam tahanan.
"Kami menolak dan mengutuk pernyataan kementerian luar negeri," kata aktivis LGBT Luz Manriquez pada protes kecil di depan Kantor Kemenlu Peru di Lima, Jumat, 26 Agustus 2022.
Manriquez mengatakan pernyataan pemerintah itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia dan tidak menuntut penyelidikan.
"Itu tidak memiliki empati karena tidak mengakui bahwa seorang warga Peru tewas di tangan polisi negara lain," kata Manriquez.
Brenda Alvarez, pengacara keluarga Ventocilla, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa Kemenlu telah setuju untuk meminta maaf atas pernyataan itu dan meluncurkan penyelidikan.
"Bahkan jika Anda ditahan di negara lain, sungguh menyakitkan bahwa (pemerintah Peru) dapat meninggalkan Anda seperti ini," kata Arturo Davila, anggota Diversidades Trans Masculinas, organisasi hak trans yang didirikan Ventocilla tujuh tahun lalu di Peru.
Kementerian Luar Negeri Peru tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Alvarez menambahkan, belum ada tanggal pasti kapan jenazah Ventosilla akan tiba di Lima.
Kepala Humas Kepolisian Daerah Bali, Stefanus Satake Bayu Setianto, seperti dikutip dari kantor berita Antara mengatakan, penyebab kematian Ventocilla adalah komplikasi kegagalan fungsi tubuh hingga berdampak pada gangguan fungsi ginjal, hati, dan sistem fungsi saraf pada otak pasien.\
Reuters