TEMPO.CO, Jakarta - Enam dari 43 mahasiswa yang hilang pada 2014 diduga dibiarkan hidup di gudang selama berhari-hari sebelum kemudian diserahkan kepada komandan tentara setempat. Komisi Kebenaran Meksiko pada Jumat waktu setempat menyebut komandan ini kemudian memerintahkan agar keenam mahasiswa dibunuh.
"Diduga keenam mahasiswa tersebut masih hidup selama empat hari setelah kejadian dan dibunuh serta dihilangkan atas perintah komandan yang diduga adalah Kolonel José Rodríguez Pérez."
Seperti dilansir CBS News Sabtu 27 Agustus 2022, pernyataan mengejutkan ini diungkapkan Wakil Menteri Dalam Negeri Alejandro Encinas. Ini merupakan pertama kalinya seorang pejabat secara langsung mengaitkan militer dengan salah satu skandal hak asasi manusia terburuk di Meksiko.
Pekan lalu, meskipun menyatakan penculikan dan penghilangan sebagai "kejahatan negara" dan mengatakan bahwa tentara menyaksikan itu terjadi tanpa campur tangan, Encinas tidak menyebutkan enam mahasiswa diserahkan kepada Kolonel José Rodríguez Pérez.
Encinas mengatakan pihak berwenang ternyata memantau dengan cermat para mahasiswa dari perguruan tinggi guru radikal di Ayotzinapa sejak mereka meninggalkan kampus hingga mengalami penculikan oleh polisi setempat di kota Iguala malam itu.
Seorang tentara yang telah menyusup ke sekolah termasuk di antara mahasiswa yang diculik, dan Encinas menegaskan tentara tidak mengikuti protokolnya sendiri dengan mencoba menyelamatkannya.
Departemen pertahanan tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang tuduhan itu pada hari Jumat.
Peran tentara dalam penghilangan mahasiswa telah lama menjadi sumber ketegangan antara keluarga dan pemerintah. Sejak awal, ada pertanyaan tentang pengetahuan militer tentang apa yang terjadi dan kemungkinan keterlibatannya.
Orang tua siswa menuntut selama bertahun-tahun agar mereka diizinkan untuk mencari pangkalan militer di Iguala. Baru pada 2019, keluarga korban diberi akses bersama dengan Encinas dan Komisi Kebenaran.
Laporan komisi mengatakan tentara mendaftarkan panggilan darurat anonim pada 30 September 2014, empat hari setelah penculikan mahasiswa. Penelepon itu dilaporkan mengatakan para mahasiswa ditahan di sebuah gudang beton besar di lokasi yang digambarkan sebagai "Pueblo Viejo." Penelepon melanjutkan untuk menjelaskan lokasi.