TEMPO.CO, Jakarta - Aisha Usman, 14 bulan, berbaring di atas sebuah ranjang kecil di samping ibunya. Matanya yang cekung menatap dengan tatapan kosong. Aisha adalah pasien terbaru yang tiba di pusat perawatan kesehatan akibat kelaparan, yang berujung gizi buruk akut pada anak-anak di timur laut Nigeria.
Di wilayah tersebut, sudah lama terjadi pemberontakan hingga mendesak jutaan orang mengungsi. Para petani terpaksa meninggalkan ladang mereka hingga menyebabkan kekurangan bahan makanan.
Seorang anak yang kekurangan gizi ditimbang berat badannya di sebuah klinik yang dijalankan oleh Dokter di Maiduguri, Nigeria, 29 September 2016. Sebanyak 75.000 anak akan meninggal selama tahun depan dalam kondisi kelaparan jika bantuan tidak cepat datang. AP/Sunday Alamba, File
Menurut United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), dari 1.74 juta anak-anak usia di bawah 5 tahun di timur laut Nigeria, mengalami gizi buruk akut. Boko Haram dan Islamic State West Africa Province adalah kelompok-kelompok radikal yang di timur laut Nigeria, yang selama 10 tahun terakhir diperangi oleh tentara Nigeria. Pertempuran tersebut telah membat lebih dari 2 juta orang kehilangan tempat tinggal dan menewaskan ratusan orang.
Di Rumah Sakit Damaturu, Ibu Kota Yobe, Fatima Ibu Aisha mengatakan ada hari-hari di mana dia dan keluarganya tidur dalam keadaan kelaparan karena kurangnya makanan. Fatima berasal dari Desa Babangida, yang terletak 50 kilometer dari Ibu Kota Damaturu.
Di Babangida, kelompok radikal berkecamuk hingga memaksa warga desa meninggalkan ladang – ladang mereka. Untuk kebutuhan sehari-hari, Fatima dulunya menjual kayu bakar, namun sekarang pekerjaan itu sudah tak lagi dilakoninya karena terlalu berbahaya untuk menjelajah hutan.
Menurut salah satu badan PBB, OCHA, pada tahun ini dibutuhkan dana sekitar USD 1 miliar (Rp 14 triliun) untuk membantu 5,5 juta orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Dibutuhkan bantuan air untuk di tiga negara bagian, yakni Borno, Adamawa dan Yobe.
Dalam tempo delapan bulan, OCHA sudah mengumpulkan sekitar 42 persen dari dana yang dibutuhkan tersebut. Sejumlah lembaga internasional sudah mengubah pendanaan mereka, di antaranya dengan mengulurkan bantuan ke Ukraina, Ethiopia dan Afghanistan, yang juga sama-sama menghadapi krisis kemanusiaan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Separuh Populasi Tigray Tak Punya Makanan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.