TEMPO.CO, Jakarta - Upaya China untuk menekan dan melemahkan Taiwan berisiko salah perhitungan dengan intimidasi kemungkinan besar akan berlanjut, kata diplomat senior AS untuk Asia Timur, Daniel Kritenbrink.
China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, telah melakukan latihan perang di sekitar pulau itu bulan ini untuk menunjukkan kemarahannya atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
Berbicara dalam panggilan konferensi, Kritenbrink, asisten menteri luar negeri untuk Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan China telah menggunakan perjalanan Pelosi sebagai alasan untuk mengubah status quo, yang membahayakan perdamaian.
"Tindakan ini adalah bagian dari kampanye tekanan intensif oleh RRC terhadap Taiwan, yang kami perkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya, Rabu, 17 Agustus 2022. "Tujuan dari kampanye ini jelas untuk mengintimidasi dan menekan Taiwan dan merusak ketahanannya."
Amerika Serikat telah menjelaskan pada China bahwa pendekatannya terhadap Taiwan tidak berubah, termasuk komitmen AS terhadap kebijakan "satu China" dan tidak mendukung kemerdekaan formal Taiwan, kata Kritenbrink.
"Sementara kebijakan kami tidak berubah, yang berubah adalah pemaksaan Beijing yang semakin meningkat. Kata-kata dan tindakan RRT sangat tidak stabil. Mereka berisiko salah perhitungan dan mengancam perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan."
Kapal induk Cina melintas di Selat Taiwan membuat Taipei marah menuding Beijing bermaksud mengintervensi pemilu negara kecil itu pada Januari 2020.
Amerika Serikat telah menyampaikan kepada China dalam setiap percakapan bahwa mereka tidak mencari dan tidak akan memprovokasi krisis, katanya.
Jalur komunikasi AS dengan Beijing tetap terbuka, dan Amerika Serikat akan terus melakukan transit angkatan laut rutin melalui Selat Taiwan, kata Kritenbrink.
"Kami akan terus mengambil langkah tenang, tetapi tegas untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas dalam menghadapi upaya berkelanjutan Beijing untuk melemahkannya dan untuk mendukung Taiwan sejalan dengan kebijakan lama kami. Kami akan bertindak secara bertanggung jawab, mantap, dan tegas," katanya..
China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk menguasai Taiwan.
Pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis mengatakan bahwa karena Republik Rakyat Tiongkok tidak pernah memerintah pulau itu, sehingga tidak berhak memutuskan masa depannya, yang hanya dapat ditentukan oleh 23 juta penduduknya tanpa paksaan.
Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana membela diri.
China mengatakan Taiwan adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
Reuters