TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemilihan Umum Kenya menetapkan Wakil Presiden William Ruto sebagai pemenang pemilihan presiden pada Senin, 15 Agustus 2022. Penetapan itu di tengah penolakan dari beberapa sejumlah tokoh oposisi yang memicu kekhawatiran akan meluasnya kekerasan seperti yang pernah disengketakan sebelumnya.
Setelah kemenangan tersebut, Ruto menegaskan tidak ada kata mundur. "Kami melihat ke masa depan. Kami membutuhkan semua tangan untuk bergerak maju," katanya seperti dilansir Reuters.
Saat kampanye Ruto menyoroti perbedaan kesenjangan di Kenya. Dia juga mencemooh dinasti politik Kenya. Lawan Ruto di pemilu ini, Raila Odinga dan Presiden Uhuru Kenyatta, masing-masing merupakan putra wakil presiden dan presiden pertama negara itu.
Kenyatta, yang telah menjalani batas dua masa jabatannya sebagai presiden, berselisih dengan Ruto setelah pemilu terakhir. Kali ini ia mendukung Odinga.
Ruto, yang mengepalai Aliansi Kwanza (Kenya First), mengungguli pemimpin oposisi Odinga dalam penghitungan suara. Ketua Komisi Pemilihan dan Batas Independen (IEBC) Wafula Chebukati, mengumumkan, Ruto telah memenangkan 50,49 persen suara, sementara 48,5 persen untuk Odinga. Kandidat yang menang harus mendapatkan 50 persen suara plus satu.
Odinga tidak menghadiri pengumuman tersebut. Pasangannya, Martha Karua kemudian men-tweet: "Ini belum berakhir sampai semuanya berakhir."
Saitabao Kanchory, tim kepala pemenangan Odinga, mengatakan kepada wartawan di luar pusat penghitungan bahwa mereka akan terus menuntut Wafula Chebukati untuk mempertanggungjawabkan kepada rakyat Kenya penyelenggaraan pemilu yang bebas dan kredibel.
Reaksi langsung ditunjukan pendukung di wilayah mayoritas pemilih Odinga. Massa protes dengan membakar sampai akhirnya dibubarkan polisi.
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, menyatakan bahwa pihaknya akan mencatat hasil pemilu kemarin. Ia mendorong semua kandidat untuk menggunakan jalur hukum untuk mengatasi setiap tantangan yang mungkin muncul.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kenya mendesak semua pihak untuk bekerja sama menyelesaikan masalah pemilu secara damai. "Kami meminta semua pemimpin partai politik untuk terus mendesak para pendukungnya untuk tetap damai dan menahan diri dari kekerasan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Begitu menjabat, Ruto harus menyelesaikan masalah krisis ekonomi dan sosial di Kenya. Sebelumnya, warga Kenya yang miskin sudah terhuyung-huyung akibat dampak COVID-19. Ekonomi juga terpukul oleh kenaikan harga pangan dan bahan bakar global.
Kekeringan terburuk di Kenya selama 40 tahun telah mengakibatkan 4,1 juta orang bergantung pada bantuan pangan. Sementara tingkat utang luar negeri Kenya melonjak.
Baca: Wapres Menang Tipis di Pilpres Kenya, Suasana Pasca-Pemilu Tegang
REUTERS