TEMPO.CO, Jakarta - Data yang dipublikasi Rosstat pada Jumat, 12 Agustus 2022, memperlihatkan ekonomi Rusia year-on-year mengalami penurunan sampai 4,0 persen pada kuartal kedua 2022. Penurunan terjadi setelah Negeri Beruang Merah itu menjalankan apa yang disebutnya operasi militer di Ukraina.
Penurunan itu tanda kalau ekonomi Rusia terjun ke resesi setelah Moskow mengirimkan pasukan militernya ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Tindakan tersebut telah memancing sanksi-sanksi dari negara-negara Barat ke sektor energi dan keuangan Rusia.
Bukan hanya itu, cadangan devisa Rusia yang ada di luar negeri, dibekukan. Puluhan perusahaan asing dari negara-negara Barat menghentikan operasional mereka di Rusia.
Pengunjung memadati restoran baru Vkusno & tochka, yang dibuka setelah keluarnya perusahaan McDonald's Corp dari pasar Rusia, di Moskow, Rusia 12 Juni 2022. REUTERS/Evgenia Novozhenina
Rosstat tidak memberikan penjelasan mendetail soal penurunan ekonomi tersebut. Namun sejumlah analis mengatakan kontraksi telah menyebabkan permintaan konsumen melemah dan ada juga dampak pemberlakuan sanksi-sanksi.
“Data pada Juni mengindikasikan kontraksi ekonomi Rusia tampaknya telah melewati titik terendah karena ada sejumlah industri yang mulai stabil,” kata Sergey Konygin, ekonom dari Sinara Investment Bank.
Kontraksi pada GDP kuartal kedua tidak sedalam yang diprediksikan. Jajak pendapat yang dilakukan Reuters pada sejumlah analis memperlihatkan GDP di Rusia diproyeksi rata-rata turun 7 persen year-on-year pada periode April – Juni 2022 setelah penurunan 3,5 persen pada kuartal pertama.
Sejumlah analis di bank sentral Rusia sebelumnya memprediksi GDP akan terkontraksi 4,3 persen pada kuartal kedua dan turun lagi di kuartal ketiga sebesar 7 persen. Bank sentral Rusia memproyeksikan ekonomi Rusia akan mulai pulih pada semester kedua 2023. Penyebabnya, fluktuatif kondisi politik dan proyeksi seberapa dalam resesi Rusia yang berbeda-beda.
Kementerian Ekonomi Rusia mengatakan GDP pada April 2022 pada tahun ini bisa turun lebih dari 12 persen setelah mencetak pertumbuhan pada 2021 sebesar 4,7 persen. Jika ini sampai terjadi, maka ini akan menjadi kontraksi terbesar sejak pertengahan 1990-an.
Sumber: Reuters
Baca juga; 120 Tahun Bung Hatta, Sumbangsih Pemikiran Mohammad Hatta untuk Negeri
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.