TEMPO.CO, Jakarta - Konflik antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza meningkat dalam beberapa hari terakhir. Israel menargetkan kelompok Jihad Islam Palestina, yang dua pemimpinnya tewas dalam bentrokan pada akhir pekan kemarin.
Jihad Islam Palestina (PIJ), berbeda dengan Hamas, kelompok yang mengatur Gaza. Jihad Islam dikenal menentang proses perdamaian dan pendekatan negosiasi dengan Israel. "Jihad Islam Palestina adalah sekutu yang sangat dekat dengan Iran. Karena hubungannya dengan Iran, kami melihat salah satu penyebab serangan Israel,” kata Ibrahim Fraihat dari Institut Doha kepada Al Jazeera, dikutip Senin, 8 Agustus 2022.
Jihad Islam Palestina didirikan pada 1981 oleh mahasiswa Palestina di Mesir dengan tujuan mendirikan negara Palestina di Tepi Barat, Gaza dan daerah lain yang sekarang disebut Israel. Jihad Islam adalah yang lebih kecil dari dua kelompok utama Palestina di Jalur Gaza, dan kalah jumlah dengan kelompok Hamas yang memerintah.
“Meskipun kelompok kecil, Jihad Islam sangat efisien dan sangat terorganisir. Ada tatanan yang kuat di dalam partai itu sendiri,” kata Fraihat. “Meskipun ukurannya kecil, ia telah berpartisipasi dalam semua konfrontasi dengan Israel.”
Meskipun tidak memiliki roket jarak jauh seperti Hamas, Jihad Islam Palestina memiliki gudang senjata kecil, mortir, roket dan rudal anti-tank yang signifikan, dan sayap bersenjata aktif yang disebut Brigade al-Quds.
Jihad Islam Palestina telah menjadi kekuatan pendorong dalam konfrontasi dengan pasukan Israel. Serangan udara Jumat, 5 Agustus 2022, menewaskan Taysir al-Jabari, seorang tokoh senior dan komandan wilayah utara gerakan itu.
Keanggotaan Jihad Islam Palestina sulit dipastikan. World Factbook CIA mencatat dari perkiraan tahun lalu, pasukan kelompok ini berkisar sekitar 1.000 lebih pejuang.
Baik Hamas, yang telah berperang lima kali dengan Israel sejak 2009, dan Jihad Islam Palestina terdaftar sebagai “organisasi teroris” oleh Barat. Keduanya mendapatkan dana dan senjata dari Iran, dimana pemimpinnya Ziad al-Nakhalah bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada hari penyerangan. Tidak seperti Hamas, Jihad Islam Palestina menolak mengikuti pemilu dan tidak memiliki ambisi untuk membentuk pemerintahan di Gaza atau Tepi Barat.
Iran memasok Jihad Islam Palestina dengan pelatihan, keahlian, dan uang, tetapi sebagian besar senjata kelompok itu diproduksi secara lokal. Meskipun basisnya adalah Gaza, Jihad Islam Palestina juga memiliki kepemimpinan di Lebanon dan Suriah, di mana mereka memelihara hubungan dekat dengan para pejabat Iran.
Kepala Korps Pengawal Revolusi Iran mengatakan pada Sabtu bahwa Palestina tidak sendirian dalam perjuangan mereka melawan Israel. “Kami bersama Anda di jalan ini sampai akhir, dan Palestina tahu bahwa mereka tidak sendirian,” kata Mayor Jenderal Hossein Salami. Ia menambahkan, Israel akan membayar harga mahal lainnya untuk kejahatan baru-baru ini.
Baca: Kemlu RI Kecam Serangan Israel ke Palestina, Minta PBB Turun Tangan
AL JAZEERA