TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Ukraina saling menyalahkan, setelah sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di Zaporizhzhia terkena tembakan pada Jumat, 5 Agustus 2022.
Pabrik tersebut berada di wilayah yang dikuasai Rusia. Perusahaan listrik Ukraina, Energoatom, menyatakan, pembangkit itu masih bekerja dan tidak ada pelepasan radioaktif yang terdeteksi.
Adapun pernyataan itu muncul tak lama setelah Rusia menyatakan, kabel listrik di pembangkit itu rusak akibat serangan pasukan Ukraina.
Setelah serangan di PLTN Zaporizhzhia itu, Moskow dan Kyiv saling tunjuk pihak mana yang bertanggung jawab. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sangat beruntung tidak ada kecelakaan radiasi setelah ada rentetan serangan.
Rusia mengatakan kapasitas pembangkit satu unit telah dikurangi dan pasokan listrik ke unit lain telah dipotong.Akibatnya, kota terdekat Enerhodar memiliki masalah listrik dan pasokan air.
"Untungnya, peluru Ukraina tidak mengenai fasilitas minyak dan bahan bakar dan pabrik oksigen di dekatnya, sehingga menghindari kebakaran yang lebih besar dan kemungkinan kecelakaan radiasi," kata Kemhan Rusia.
Ukraina menuduh Rusia menembaki posisinya dari lokasi dekat pembangkit listrik. "Konsekuensi yang mungkin terjadi dari mengenai reaktor yang beroperasi setara dengan penggunaan bom atom," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina di Twitter.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Moskow adalah biang keroknya. Ia menuduh Rusia melakukan kejahatan terbuka, kurang ajar, dan teror.
"Ini murni masalah keamanan. Mereka yang membuat ancaman nuklir ke negara lain tentu tidak mampu menggunakan teknologi nuklir dengan aman," kata Zelensky dalam pidato hariannya pada Jumat malam. Ia kemudian menuntut sanksi terhadap seluruh industri nuklir Rusia.
Enerhodar dan pembangkit nuklir terdekat direbut oleh pasukan Rusia yang menyerang pada awal Maret. Lokasinya cukup dekat dengan garis depan pertempuran. PLTN Zaporizhzhia adalah yang terbesar di Eropa, sehingga potensi bencananya sangat dikhawatirkan.
Rafael Grossi, kepala Badan Energi Atom Internasional, mengatakan bahwa kontak dengan PLTN itu "rapuh" dan komunikasi tidak berfungsi setiap hari. Dia meminta akses untuk menentukan apakah itu sumber bahaya.
REUTERS