TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta bantuan China untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Ia sedang mencari kesempatan untuk berbicara langsung dengan pemimpin China Xi Jinping.
Dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post, Zelensky mendesak China menggunakan pengaruh politik dan ekonominya yang besar atas Rusia untuk mengakhiri perang.
"China adalah negara yang sangat kuat, ekonomi yang kuat. Jadi secara politik, ekonomi China dapat mempengaruhi Rusia. Dan China juga anggota tetap Dewan Keamanan PBB," kata laporan itu mengutip Zelensky.
Dalam pidatonya kepada mahasiswa Australia, Zelensky juga mengatakan bahwa China tidak boleh membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. Dia meminta agar China tetap netral.
Zelensky berbicara kepada 21 universitas Australia di hari Rabu, 3 Agustus 2022 dalam sebuah diskusi online yang diselenggarakan oleh Universitas Nasional Australia di Canberra. Ia ditanya oleh seorang mahasiswa tentang sikap China.
Zelensky mengatakan dia lebih suka Beijing bergabung dengan negara-negara termasuk Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk invasi Rusia sejak 22 Februari 2022. “Untuk saat ini, China sedang menyeimbangkan dan memang memiliki netralitas. Saya akan jujur, netralitas ini lebih baik daripada China bergabung dengan Rusia,” kata Zelensky melalui penerjemah dari Ukraina.
“Penting bagi kami bahwa China tidak akan membantu Rusia,” ujar Zelensky menambahkan.
China telah menolak mengkritik perang Rusia di Ukraina. China bahkan menyebutnya sebagai invasi untuk menghormati Moskow. Di sisi lain, China mengutuk sanksi yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Rusia dan menuduh Barat memprovokasi Moskow.
Presiden China Xi Jinping mengatakan menjatuhkan sanksi dapat bertindak sebagai pedang bermata dua. Sanksi ekonomi membuat komunitas global menderita karena mempolitisasi, mekanisasi, dan mempersenjatai tren ekonomi global dan arus keuangan.
Baca: Ukraina Undang Presiden Jokowi ke KTT Krimea
AL JAZEERA | NEW YORK POST