TEMPO.CO, Jakarta - Kedatangan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi yang dramatis pada Selasa larut malam di Taiwan dan membuat marah China, tampaknya akan mendominasi pertemuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
Seperti dilansir France24, pertemuan tingkat menteri luar negeri pada Rabu 3 Agustus 2022 itu semula akan fokus pada krisis berdarah di Myanmar.
Perhatian akan dipusatkan pada Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan timpalannya dari Amerika Serikat Antony Blinken. Keduanya terbang ke ibu kota Kamboja untuk pembicaraan keamanan regional dengan ASEAN pada Kamis dan Jumat.
Juru bicara ASEAN Kung Phoak, wakil menteri luar negeri Kamboja, mengatakan pertemuan itu akan berusaha menenangkan ketegangan regional akibat kunjungan Pelosi.
“Para menlu ASEAN akan mencoba menemukan cara untuk membantu sehingga situasi di Taiwan akan stabil, yang tidak akan mengarah pada konflik dan tidak akan meningkatkan ketegangan politik di antara semua pihak terkait,”kata Kung Phoak kepada wartawan.
Selasa malam, China bersumpah akan ada "aksi militer yang ditargetkan" sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi ke pulau yang diklaim Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Blok 10 negara itu dibagi antara negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan China, seperti Myanmar, Kamboja dan Laos; dan negara-negara lain yang lebih waspada terhadap Beijing.
Para menteri - bertemu tatap muka untuk pertama kalinya sejak pandemi - juga akan membahas kurangnya kemajuan pada rencana "konsensus lima poin" blok yang disepakati tahun lalu sebagai jalan keluar dari konflik Myanmar.
Negara itu jatuh ke dalam kekacauan kekerasan ketika militer merebut kekuasaan tahun lalu dengan menggulingkan pemerintah sipil Aun San Suu Kyi. Jumlah korban tewas dari tindakan keras junta telah melewati 2.100 menurut pemantau lokal.
ASEAN, yang telah lama dicemooh karena dinilai memberikan perlindungan politik kepada rezim yang represif, sejauh ini telah mempelopori upaya yang sia-sia untuk memulihkan perdamaian.
Blok itu pekan lalu mengutuk eksekusi militer terhadap empat aktivis, dengan beberapa negara anggota semakin frustrasi karena kurangnya kemajuan. Rencana lima poin menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dialog antara junta dan lawan kudeta.
Tetapi setelah lebih dari setahun tanpa kemajuan, Malaysia mengatakan akan menghadirkan kerangka kerja untuk implementasinya.
Myanmar sendiri tidak akan diwakili dalam pertemuan tersebut setelah anggota lainnya mengatakan mereka tidak akan menerima seorang menteri junta dan para jenderal menolak untuk mengirim pejabat lain sebagai gantinya.
Beberapa negara anggota, yang dipimpin oleh Malaysia dan Filipina, mendorong untuk melarang rezim militer mengirim menteri ke pertemuan ASEAN - termasuk KTT November - sampai ada kemajuan dalam rencana lima poin.
Selain Taiwan, ketegangan Laut China Selatan yang sedang berlangsung akan menjadi isu utama lainnya dalam agenda. Beijing mengklaim sebagian besar laut - dengan pernyataan teritorial yang bersaing dari Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.
Kamboja - sekutu utama Beijing - terakhir menjadi tuan rumah ASEAN pada 2012 dan dituduh berpihak pada China atas perairan yang disengketakan dan kaya sumber daya, sehingga tidak ada komunike yang dikeluarkan.
Tetapi berdasarkan kemajuan pertemuan pejabat senior, Kung Phoak mengatakan dia yakin konsensus dapat dicapai dan pernyataan bersama ASEAN akan dirilis. "Saya yakin segala sesuatunya bergerak ke arah yang benar. Kami hampir sampai.”
Baca juga: Pidato di Depan Parlemen Taiwan, Nancy Pelosi Puji Demokrasi di Wilayah Itu
SUMBER: FRANCE24