TEMPO.CO, Manila - Hari ini 1 Agustus 2009 Corazon atau dikenal Cory Aquino, mantan Presiden Filipina meninggal dunia akibat menderita kanker usus besar.
Perempuan dengan nama asli Maria Corazon Sumulong Cojuangco ini lahir di Paniqui, Tarlac, Filipina pada 25 Januari 1933. Dia adalah anak keenam dari pasangan Jose Cojuangco y Chichioco Sr dan Demetria.
Kedua orang tuanya berasal dari keluarga politik terkemuka. Kakek Aquino dari pihak ayahnya, Melecio Cojuangco, adalah anggota Kongres Malolos yang bersejarah, dan ibu Aquino adalah anggota keluarga Sumulong yang berpengaruh secara politik di provinsi Rizal, termasuk Juan Sumulong, yang mencalonkan diri melawan Presiden Persemakmuran Manuel L. Quezon pada tahun 1941.
Mengutip dari laman coryaquino.ph, Corazon menghabiskan hari-harinya di St. Scholastica's College di Manila. Dia lulus dengan nilai tertinggi di kelasnya sebagai valedictorian. Kemudian Dia dipindahkan ke Biara Asumsi untuk melanjutkan studi sekolah menengah.
Setelah keluarganya pindah ke Amerika Serikat, dia kemudian dipindahkan ke Notre Dame Convent School di New York City. Dia juga melanjutkan kuliahnya di College of Mount Saint Vincent di New York, dan lulus pada tahun 1953 dengan jurusan bahasa Prancis dan minor dalam matematika.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, dia kembali ke Filipina dan belajar hukum di Far Eastern University pada tahun 1953. Di sinilah Cory bertemu dengan Benigno S. Aquino Jr. yang kemudian menjadi suaminya.
Setelah menikah dengan Benigno, perempuan yang terkadang dipanggil Corazon itu menjalani kehidupannya sebagai ibu rumah tangga. Karir Benigno pun dengan cepat meningkat sehingga Dia menjadi wakil gubernur termuda di Filipina pada usia 27 tahun. Kemudian, Dia menjabat gubernur Provinsi Tarlac di usia 29 tahun pada 1961.
Pada 1972, pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos rusak karena korupsi, pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan politik. Marcos kemudian mengumumkan keadaan darurat militer dan menangkap pemimpin oposisi utama, termasuk Benigno yang menghabiskan 7 tahun dalam penjara.
Hingga akhirnya pada 1980, Benigno diizinkan untuk pindah ke AS bersama keluarganya melalui intervensi Presiden AS Jimmy Carter. Namun setelah tinggal di pengasingan selama tiga tahun, Benigno kembali ke Filipina pada 21 Agustus 1983.
Pada saat sampai di Bandara Manila, pria yang akrab disapa Ninoy itu harus meregang nyawa akibat ditembak seseorang. Marcos dianggap berada di balik pembunuhan tersebut sehingga memicu gelombang protes terhadap pemerintahan Marcos.
Setelah kematian suaminya, oposisi bersatu di sekeliling Cory Aquino. Dengan baik, Cory Aquino menghadapi kematian suaminya dan berevolusi menjadi simbol reformasi nasional. Dia mulai mengambil bagian dalam serangkaian aksi demonstrasi yang membesar menjadi people power.
Dan Cory Aquino segera didaulat memimpin partai oposisi.
Mengutip dari laman Britannica, pada Februari 1986, secara tak terduga Marcos menyerukan pemilihan presiden.
Cory Aquino menjadi kandidat presiden dari oposisi yang bersatu. Meskipun Dia secara resmi dilaporkan kalah dalam pemilihan namun Dia dan para pendukungnya menentang hasil tersebut, menuduh kecurangan pemungutan suara yang meluas.
Pejabat tinggi di militer Filipina secara terbuka juga meninggalkan kekuasaan Marcos yang terus berlanjut dan menyatakan Cory sebagai presiden Filipina yang sah.
Hingga pada 25 Februari 1986, Corazon dan Marcos dilantik sebagai presiden oleh pendukung masing-masing, tetapi pada hari yang sama Marcos meninggalkan negara tersebut.
Pada awal pemerintahannya, perempuan yang saat itu berusia 53 tahun membentuk komisi khusus untuk menyelidiki dan mengejar kembali kekayaan negara yang dirampas rezim sebelumnya. Cory Aquino juga menghancurkan monopoli kroni Marcos atas ekonomi negara, menghantar reformasi ekonomi dan pertanian.
Meski meningkatkan kondisi perekonomian negara sampai batas tertentu, kebijakannya dikritik karena goyah dan popularitasnya menurun. Dia harus menghadapi masalah utang luar negeri yang ditinggalkan rezim sebelumnya, sekaligus mengatasi kemiskinan massal.
Masa jabatannya berakhir pada 1992, Cory Aquino menolak untuk mencalonkan diri kembali dan digantikan oleh mantan Menteri Pertahanannya, Fidel Ramos. Meski tak menjabat lagi, Corazon Aquino tetap aktif di bidang politik dan menyerukan perlawanan jika nilai-nilai demokrasi liberal mulai melenceng.
Cory Aquino menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Presiden Filipina. Pada tahun yang sama, Corazon dinobatkan sebagai Woman of the Year versi majalah Time.
Cory Aquino hingga kini selalu diingat sebagai "Ibu Demokrasi Filipina". Banyak pengamat internasional menjulukinya sebagai "Joan of Arc" modern.
IDRIS BOUFAKAR
Baca juga : Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos Mangkat di Usia 94 Tahun