TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif pada Sabtu waktu setempat menggunjungi Balochistan—salah satu wilayah yang paling terdampak banjir di negara itu— untuk mengawasi pekerjaan setelah hujan lebat yang merenggut nyawa lebih dari 120 orang.
Banjir bandang yang dipicu oleh hujan monsun deras di Pakistan telah menyebabkan kehancuran di seluruh negeri, merenggut sedikitnya 350 nyawa, dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) yang dirilis pada Kamis, bencana tersebut sejauh ini telah merenggut 357 nyawa, menyebabkan 408 luka-luka, merusak lebih dari 23.700 rumah, dan menyapu 52 jembatan yang menghubungkan berbagai bagian negara itu.
Banjir juga telah menewaskan 1.787 ternak dan merusak 977 kilometer jalan di tempat lain. “Perubahan iklim adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal saat ini dan memiliki konsekuensi serius bagi negara-negara berkembang seperti Pakistan. Pemerintah menyelaraskan tujuan pembangunannya dengan persyaratan perubahan iklim,” kata Sharif.
NDMA dan Otoritas Penanggulangan Bencana Provinsi (PDMA) telah mendirikan puluhan kamp darurat untuk para tunawisma. Semua lembaga sipil dan layanan penyelamatan akan tetap waspada dan memastikan ketersediaan personel dan peralatan selama 24 jam ke depan, terutama di daerah berisiko.
Pasukan Pakistan, Angkatan Laut, FC, dan Rangers membantu pemerintah dan masyarakat lokal di semua daerah yang terkena dampak banjir. Militer Pakistan sejauh ini telah mengirimkan dua helikopter untuk membantu pekerjaan penyelamatan di desa-desa yang dilanda banjir.
Seperti yang diprediksi oleh Departemen Meteorologi Pakistan, negara itu akan menghadapi lebih banyak hujan beberapa pekan ke depan, dan arus muson kemungkinan akan bergeser dan meningkat di bagian atas dan tengah Pakistan.
Baca juga: Banjir Bandang di Pakistan, 135 Orang Tewas
SUMBER: PRESS TV