TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menangkap seorang pemimpin serikat pekerja Sri Lanka yang diduga mengambil dua bendera resmi dari Istana Presiden. Pria itu mengambil bendera dari kediaman eks Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan menjadikannya sebagai seprai dan sarung.
Pria itu ditangkap pada Jumat malam setelah sebuah unggahan di media sosial menunjukkan dia menggunakan salah satu bendera resmi kepresidenan sebagai seprai dan yang lainnya sebagai sarung. "Kami mengidentifikasi dia dari video yang direkam dan diposting oleh putranya," kata seorang petugas yang menolak menyebutkan namanya.
"Dia mengatakan kepada penyelidik telah membakar satu bendera. Kami telah menemukan bendera itu digunakan sebagai sarung." Pria itu ditahan selama dua minggu sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut, ujar petugas tersebut menambahkan.
Sri Lanka terjebak dalam krisis keuangan yang parah. Hal ini memicu kemarahan rakyat yang menuntut presiden saat itu, Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya. Rajapaksa dituduh oleh rakyatnya salah mengelola keuangan negara sehingga menyebabkan kemarahan publik selama berbulan-bulan sebelum demonstrasi massal.
Segera setelah pengunjuk rasa menyerbu Istana Kepresidenan, sejumlah gambar diunggah di media media sosial. Para pengunjuk rasa bermain-main di kolam renang presiden dan ramai-ramai mencicipi ranjang empuk Gotabaya Rajapaksa.
Kompleks Temple Trees di dekatnya yang merupakan kediaman resmi perdana menteri, juga diserbu di hari yang sama. Pengunjuk rasa telah memindahkan televisi dan barang berharga lainnya.
Polisi mengatakan inventarisasi sedang dilakukan di gedung-gedung era kolonial yang merupakan gudang seni dan barang antik yang berharga. Para pengunjuk rasa juga menyerahkan kepada pihak berwenang sekitar 17,5 juta rupee (US$ 46.000) dalam bentuk uang kertas yang telah ditemukan di salah satu kamar istana kepresidenan.
Penerus Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe, telah bersumpah akan memberikan hukuman tegas kepada pembuat onar. Polisi telah menangkap beberapa pemimpin protes dalam beberapa hari terakhir.
Militer pekan lalu menghancurkan sebuah kamp protes di luar kantor presiden yang telah berkampanye untuk penggulingan Gotabaya Rajapaksa. Langkah ini menuai kecaman internasional yang menuduh pasukan menggunakan kekuatan berlebihan pada demonstran yang tidak bersenjata.
CHANNEL NEWS ASIA