TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mantan perwira polisi di Minneapolis divonis hukuman 2,5 tahun penjara atas perannya dalam pembunuhan warga sipil kulit hitam Amerika Serikat George Flyod. Kematian Floyd telah memicu gelombang protes di dunia menolak ketidak-adilan ras.
Juru bicara pengadilan Minneapolis mengatakan perwira tersebut adalah Thomas Lane, yang disidangkan di pengadilan federal di St. Paul. Dia didakwa telah merampas hak-hak sipil Floyd dan menyebabkan Floyd tewas dalam sebuah upaya untuk menahannya.
Hakim distrik Paul Magnuson memerintahkan agar Lane berada dalam pengawasan dua tahun setelah masa pembebasannya dari hukuman penjara.
Suasana peringatan kematian George Floyd di Brooklyn, New York, 25 Mei 2021. Ribuan warga turun ke jalan dengan menggelar aksi unjuk rasa untuk memperingati setahun kematian George Floyd. REUTERS/Jeenah Moon
Lane, 39 tahun, adalah satu dari empat petugas, yang dipanggil ke sebuah toko di Minneapolis pada 25 Mei 2020. Dia mencoba membawa Floyd ke tahanan atas dugaan kalau dia telah menggunakan uang USD 20 palsu untuk membeli rokok.
Sebelumnya, Keluarga mendiang Floyd kecewa dengan vonis 22,5 tahun yang hakim berikan kepada Derek Chauvin. Mereka menilai hukuman bagi personel kepolisian Minneapolis itu terlalu ringan dibanding penderitaan keluarga.
Chauvin adalah aparat kepolisian yang menekuk Floyd selama 8 menit lebih hingga Floyd tewas karena kehabisan nafas. Floyd sempat meronta-ronta, meminta Chauvin berhenti menindihnya karena ia tak bisa bernafas. Namun Chauvin bergeming, tetap menindih Floyd hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Selain Lane dan Chauvin, dua apart kepolisian lainnya yang ada di TKP dalam upaya membekuk Floyd adalah J. Alexander Kueng dan Tou Thao. Semuanya sudah dipecat dari Kepolisian Amerika Serikat dan didakwa karena dianggap gagal memberikan pertolongan medis pada Floyd.
Thao dan Kueng didakwa melanggar hak Floyd untuk bebas dari penangkapan yang tidak masuk akal dengan tidak melakukan intervensi untuk menghentikan Chauvin yang menekuk leher Floyd dengan lututnya, yang saat itu sudah diborgol.
Video yang menunjukkan Chauvin menekan leher Floyd dengan lutut selama penangkapan menyebabkan kemarahan di seluruh dunia dan gerakan protes terbesar yang terlihat di Amerika Serikat dalam beberapa dekade. Chauvin adalah aparat kepolisian berkulit putih.
Sumber: Reuters
Baca juga: Mengenal Sosok George Floyd yang Tewas Dicekik Polisi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.