TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan PBB memberikan suara bulat untuk melarang beberapa penjualan senjata ke Haiti, yang diguncang oleh kekerasan geng yang mematikan.
Resolusi tersebut menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk melarang penjualan senjata ringan, senjata ringan, dan amunisi kepada apa yang disebutnya sebagai "aktor non-negara".
Resolusi PBB untuk melarang penjualan senjata - diusulkan oleh Meksiko dan AS - diadopsi pada Jumat lalu. Resolusi ini juga memberikan sanksi dalam bentuk larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap para pemimpin geng Haiti dan pelanggar hak asasi manusia.
Hasil ini juga memperpanjang mandat misi politik khusus PBB ke Haiti untuk satu tahun lagi.
Namun, proposal oleh China untuk embargo penuh atas penjualan senjata ditolak. Meski China memilih mendukung resolusi tersebut, mereka kecewa karena badan beranggotakan 15 negara itu tidak memberlakukan embargo senjata resmi pada geng-geng di Haiti.
"Kami berharap ini tidak akan mengirim sinyal yang salah ke geng-geng itu," tutur duta besar China untuk PBB Zhang Jun kepada dewan, menambahkan bahwa Beijing akan terus mendorong embargo PBB.
Wakil duta besar AS Richard Mills mengatakan resolusi baru akan memungkinkan misi PBB untuk mempromosikan dialog politik dan meningkatkan kapasitas Kepolisian Nasional Haiti untuk mengendalikan kekerasan geng dan melindungi hak asasi manusia.
Sejak pekan lalu, 99 orang tewas di wilayah ibu kota Port-au-Prince saja. Badan-badan bantuan mengatakan banyak daerah sekarang berbahaya untuk diakses. Pada Sabtu, PBB mengatakan 234 orang tewas atau terluka oleh kekerasan geng dari periode 8-12 Juli.
"Sebagian besar korban tidak terlibat langsung dalam geng dan menjadi sasaran langsung elemen geng," kata juru bicara PBB Jeremy Laurence. Dia menambahkan bahwa kantornya juga telah menerima laporan kekerasan seksual.
"Sejauh ini kami telah mendokumentasikan, dari Januari hingga akhir Juni 2022, terjadi 934 pembunuhan, 684 luka-luka, dan 680 penculikan di seluruh ibu kota," ujar dia.
Kekerasan geng di negara termiskin di belahan bumi Barat telah meningkat sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse oleh tentara bayaran setahun yang lalu. Dalam beberapa hari terakhir, ratusan pengunjuk rasa telah membakar ban dan memblokir jalan menuntut tindakan segera untuk memulihkan pasokan bensin.
Terminal bahan bakar utama Haiti telah menghentikan operasi selama gelombang kekerasan geng yang parah pekan lalu. Terminal Varreux berada di daerah kumuh Cité Soleil, tempat pertempuran antara dua geng yang bersaing, dan penutupannya telah menyebabkan kekurangan bahan bakar.
Kerusuhan bersama dengan kemiskinan di negara itu membuat banyak warga Haiti mengungsi ke Republik Dominika dan Amerika Serikat.
Baca juga: Ada Perang Geng, China Dorong PBB Melarang Impor Senjata Api Kecil ke Haiti
SUMBER: ABC NEWS