TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran menuding Amerika Serikat menyebarkan Iranophobia untuk menciptakan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Tudingan itu dilontarkan setelah Presiden AS Joe Biden menyelesaikan lawatan ke Timur Tengah.
“AS sekali lagi berusaha menciptakan ketegangan dan krisis di kawasan dengan menarik kebijakan Iranofobia yang gagal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani, seperti dilansir Al Jazeera Ahad 17 Juli 2022.
Kunjungan pertama Biden ke Timur Tengah terjadi hanya beberapa hari sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Teheran pada 19 Juli.
Biden melakukan tur diplomatik ke Israel, Palestina, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Saat bertemu Perdana Menteri Israel Yair Lapid dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), Biden turut mendiskusikan tentang isu nuklir Iran. Ketiga negara itu sepakat akan berusaha mencegah Iran mengembangkan dan memiliki senjata nuklir.
Biden juga ikut serta dalam Jeddah Security and Development Summit yang digelar negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), bersama Mesir, Yordania, dan Irak atau lebih dikenal sebagai GCC+3 di Jeddah pada Jumat lalu. Salah satu poin dalam komunike KTT tersebut adalah tentang Iran.
Baca Juga:
Biden dalam KTT di Jeddah meyakinkan para pemimpin Arab bahwa Washington akan tetap sepenuhnya terlibat di Timur Tengah.“Kami tidak akan pergi dan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh China, Rusia atau Iran,” kata Biden.
Para pemimpin negara GCC+3 menyeru Iran agar sepenuhnya bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan negara-negara di kawasan guna menjamin wilayah itu bebas senjata pemusnah massal.
Sebelumnya Presiden Iran Ebrahim Raisi mengungkapkan, lawatan diplomatik Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa perdamaian bagi Israel. Raisi pun menyinggung tentang upaya AS membantu Israel merangkul lebih banyak negara di kawasan untuk melakukan normalisasi diplomatik dengannya.
“Jika kunjungan pejabat Amerika ke negara-negara di kawasan itu untuk memperkuat posisi rezim Zionis dan untuk menormalkan hubungan rezim ini dengan beberapa negara, upaya mereka tidak akan menciptakan keamanan bagi Zionis dengan cara apa pun,” ujar Raisi.
Israel secara luas diyakini memiliki senjata nuklir satu-satunya di Timur Tengah tetapi tidak diumumkan.
Kesepakatan penting yang memberlakukan pembatasan pada program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi dirusak pada 2018 oleh mantan presiden AS Donald Trump, yang membuat Iran mulai mengingkari komitmennya.
Baca juga: Iran Jatuhkan Sanksi ke 61 Warga Amerika Serikat, Hanya Basa-Basi?
SUMBER: AL JAZEERA