TEMPO.CO, Jakarta - Rusia melanjutkan serangan ke kota-kota yang jauh dari garis depan pertempuran. Pada Kamis, 14 Juli 2022, rudal menghantam kota Vinnytsia dan menewaskan sedikitnya 23 orang warga sipil, termasuk tiga anak.
Serangan itu, yang dikatakan Ukraina dilakukan dengan rudal jelajah Kalibr dari kapal selam Rusia di Laut Hitam, terjadi sehari setelah terobosan dalam pembicaraan antara Moskow dan Kyiv untuk membuka blokir ekspor gandum Ukraina.
"Apa ini, jika bukan aksi terorisme terbuka?" kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "terkejut" oleh serangan rudal dan "mengutuk setiap serangan terhadap warga sipil atau infrastruktur sipil," kata seorang juru bicara.
Kementerian pertahanan Rusia, yang menyangkal sengaja menargetkan warga sipil, tidak segera mengomentari serangan itu.
Layanan darurat negara Ukraina mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa 23 orang termasuk tiga anak telah tewas, dengan 66 dirawat di rumah sakit dan 39 lainnya masih belum diketahui nasibnya.
Pemerintah Ukraina mengunggah foto di Telegram tentang boneka anak kucing dan anjing, serta bunga tergeletak di rumput. "Gadis kecil Lisa, dibunuh oleh Rusia hari ini, telah menjadi sinar matahari," katanya, di atas gambar kedua matahari terbenam di atas atap yang hancur. "Maafkan kami, anak kecil, bahwa kami tidak bisa menyelamatkanmu."
Zelensky mengatakan pada konferensi internasional yang bertujuan untuk menuntut kejahatan perang di Ukraina bahwa serangan itu dilakukan di "kota biasa yang damai".
"Rudal jelajah menghantam dua fasilitas masyarakat, rumah hancur, pusat kesehatan hancur, mobil dan trem terbakar," katanya.
Menteri Dalam Negeri Ukraina, Denys Monastyrskyi, mengatakan dua rudal lagi telah dicegat oleh pertahanan udara.
Vinnytsia, sebuah kota berpenduduk 370.000 orang sekitar 200 km barat daya ibukota Ukraina Kyiv, menjadi markas komando Angkatan Udara Ukraina, menurut situs resmi militer Ukraina. Rusia pada Maret lalu sudah melakukan pengeboman ke pangkalan itu.
Rekaman video menunjukkan asap hitam tebal mengepul keluar dari gedung tinggi, sementara foto-foto yang diposting Layanan Darurat Negara menunjukkan asap abu-abu naik dari sisa-sisa mobil yang terbakar dan puing-puing membara.
Salah satu foto menunjukkan kereta dorong bayi yang ditinggalkan dan terbalik tergeletak di jalan.
Dalam komentar di Twitter, Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba menuduh Rusia melakukan "kejahatan perang lain".
"Ini terorisme. Pembunuhan warga sipil yang disengaja untuk menyebarkan ketakutan. Rusia adalah negara teroris dan harus diakui secara hukum," tulis Kuleba.
Amerika Serikat dan lebih dari 40 negara lain sepakat pada hari Kamis untuk mengoordinasikan penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang Rusia di Ukraina.
Rusia membantah tuduhan itu, dan Dmitry Medvedev, mantan presiden yang sekarang menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa upaya Barat untuk menghukum kekuatan nuklir seperti Rusia atas konflik di Ukraina berisiko membahayakan kemanusiaan.
Reuters