TEMPO.CO, Jakarta - Joshua Schulte, 33 tahun, mantan teknisi software CIA (Central Intelligence Agency) pada Rabu, 13 Juli 2022, didakwa telah membocorkan informasi rahasia CIA ke WikiLeaks. Kebocoran data itu tercatat sebagai pencurian terbesar dalam sejarah CIA.
Tim juri di pengadilan federal Manhattan mendakwa Schulte dengan delapan dakwaan terkait mata-mata dan satu dakwaan upaya menghalang-halangi atau yang disebut kebocoran Vault 7.
Schulte berada di persidangan sendirian selama sebulan persidangan. Rencananya, juri akan berdiskusi paa Jumat, 15 Juli 2022. Sidang sebelumnya berakhir pada Maret 2020 karena juri mengalami jalan buntu pada perhitungan utama.
“Hari ini, Schulte sudah dihukum untuk suatu tindakan mata-mata paling berani dan tindakan-tindakan mata-matanya dianggap paling merusak dalam sejarah Amerika, di tengah upaya Amerika memerangi oranisasi-organisasi terorisme dan pengaruh jahat lainnya di seluruh dunia,” kata pengacara Damian Williams di Manhattan.
Kebocoran data pada peralatan software di CIA digunakan untuk mengawasi orang-orang di luar Amerika melalui cara-cara seperti mengkompromikan ponsel pintar dan mengkoneksikan internet ke televisi. WikiLeaks mulai mempublikasi data-data CIA yang dibocorkan pada Maret 2017.
Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengatakan Schulte termotivasi untuk membocorkan data-data CIA karena dia tidak puas dengan cara manajemen memperlakukannya. Schulte mengundurkan diri dari lembaga tersebut pada November 2016.
Schulte membela diri dengan menyebut dia telah dijebak dan dikambing-hitamkan atas kebocoran data ini karena permasalahannya dengan manajemen CIA. Dia ditahan pada Agustus 2017 dan dijebloskan ke penjara setelah permohonan uang jaminan yang diajukannya ditolak empat bulan kemudian. Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan dakwaan pada Schulte terkait dengan WikiLeaks pada Juni 2018.
Sumber: Reuters
Baca juga: 8 Badan Intelijen di Dunia dari BIN sampai Mossad
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.