TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu kantor Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Rabu, 13 Juli 2022. Penyerbuan dilakukan beberapa jam setelah ia ditunjuk sebagai penjabat presiden menggantikan Gotabaya Rajapaksa.
Pria dan wanita menerobos masuk ke kantor perdana menteri meski dijaga oleh militer. Mereka mengibarkan bendera nasional, setelah polisi dan tentara gagal menahan massa. Polisi dan tentara menembakkan gas air mata dan meriam air.
Penyerbuan dilakukan karena para pengunjuk rasa melihat Wickremesinghe sebagai sekutu Gotabaya Rajapaksa. "Kami ingin Ranil mundur," kata S Shashidharan, 30 tahun. Ia mengatakan telah ditembak dengan gas air mata di luar kantor perdana menteri. "Tangkap semua orang yang membantu Gotabaya (presiden) melarikan diri. Kami ingin uang curian kami kembali."
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Wickremesinghe mengatakan dia telah menginstruksikan pasukan keamanan untuk memulihkan ketertiban. Namun pasukan terlihat mundur di kantornya dan pengunjuk rasa masuk dengan membiarkan gerbang terbuka.
"Saya telah memerintahkan komandan militer dan kepala polisi untuk melakukan apa yang diperlukan guna memulihkan ketertiban," kata Wickremesinghe.
"Mereka yang menyerbu ke kantor ingin menghentikan saya dari melaksanakan tanggung jawab sebagai penjabat presiden," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa gedung-gedung negara yang diduduki oleh pengunjuk rasa harus dikembalikan ke tahanan negara. "Kita tidak bisa merobek konstitusi. Kita tidak bisa membiarkan fasis mengambil alih, harus mengakhiri ancaman fasis terhadap demokrasi ini," ujar Wickremesinghe.
Sri Lanka sebelumnya mengumumkan keadaan darurat setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri ke Maladewa. Rajapaksa diturunkan dari jabatan setelah berbulan-bulan Sri Lanka dilanda protes akibat krisis ekonomi.
Gotabaya telah berjanji untuk mengundurkan diri hari ini. Pengunduran dirinya itu membuka jalan bagi transisi kekuasaan yang damai. Dia berhasi melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo tepat sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbunya.
Sebagai presiden, Rajapaksa menikmati kekebalan. Dia diyakini ingin pergi ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari kemungkinan ditahan.
Gotabaya Rajapaksa, istri dan dua pengawalnya menunmpang pesawat militer Antonov-32 yang lepas landas dari bandara internasional utama Sri Lanka. Beberapa jam kemudian, tanpa pengumuman resmi bahwa dia mengundurkan diri, ribuan demonstran mengerumuni kantor perdana menteri, menuntut kedua pejabat itu pergi. "Ranil dan Gota harus pergi," ujar para pengunjuk rasa.
Polisi memberlakukan jam malam tanpa batas di seluruh Provinsi Barat, termasuk Kolombo, untuk mengatasi situasi menurut seorang perwira polisi senior. Para pengunjuk rasa anti-pemerintah juga masuk ke stasiun televisi utama negara dan secara singkat mengambil alih siaran.
Seorang pria tak dikenal menerobos masuk ke studio jaringan Rupavahini selama program berlangsung. Ia memerintahkan stasiun TV itu hanya menyiarkan berita terkait protes yang harus disiarkan. Transmisi terputus dan diganti dengan program yang direkam.
Rajapaksa menelepon ketua parlemen dan menyatakan bahwa surat pengunduran diri akan dikirim di kemudian hari. "Presiden menghubungi saya melalui telepon dan mengatakan bahwa dia memastikan surat pengunduran dirinya akan saya terima hari ini," kata pembicara Mahinda Yapa Abeywardena dalam sebuah pernyataan video.
"Saya mengimbau masyarakat untuk percaya kepada proses di parlemen untuk menunjuk presiden baru pada tanggal 20 dan berlangsung damai."
Wickremesinghe sendiri telah mengumumkan kesediaannya untuk mengundurkan diri jika konsensus tercapai untuk membentuk pemerintahan baru. Proses suksesi presiden bisa memakan waktu antara tiga hari.
Selain menyerbu rumah Ranil Wickremesinghe, pengunjuk rasa juga mengancam menduduki kantor penting lainnya jika Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe tidak mengundurkan diri sampai Rabu malam, 13 Juli 2022.
"Jika kami tidak mendengar pengunduran diri Presiden Rajapaksa dan perdana menteri pada malam hari, kami harus berkumpul kembali dan mengambil alih parlemen atau gedung pemerintah lainnya," kata Buddhi Prabodha Karunaratne, salah satu penyelenggara protes baru-baru ini.
Baca: Kondisi Darurat, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe Jadi Penjabat Presiden Sri Lanka
CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS