TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengingatkan evolusi virus Corona subgaris keturunan terbaru dari varian Omicron. Di India, para ilmuwan mendeteksi subvarian baru Omicron yang diperkirakan lebih menular lima kali lipat dibandingkan varian aslinya. Ini terjadi setelah otoritas kesehatan India mencatat peningkatan infeksi virus corona dari 15.000 menjadi 19.000 dalam 10 hari terakhir.
Peningkatan jumlah kasus diperkirakan disebabkan oleh varian yang dikenal sebagai BA.2.75, atau dijuluki Centaurus. Pada tanggal 30 Juni kasus pertama yang disebabkan oleh sublineage ini dilaporkan di India.
Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia, Soumya Swaminathan, menjelaskan tentang karakteristik subvarian yang disebut Centaurus ini. “Subvarian ini memiliki mutasi pada protein yang memungkinkan akses ke sel-sel sehat tubuh, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa Centaurus mungkin lebih menular dan dapat menghindari kekebalan sebelumnya dengan mudah.” Meskipun demikian, masih terlalu dini untuk mengetahui apakah itu varian yang lebih parah dibandingkan yang lain atau memiliki invasi kekebalan tambahan.
Pejabat di India telah memverifikasi bahwa varian ini telah mendominasi 20 persen dari kasus infeksi baru. Jumlah kasus akibat Centaurus terus naik 18 persen dibandingkan dengan subvarian covid-19 lainnya.
Meskipun demikian, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Centaurus menyebabkan gejala yang lebih serius pada orang yang terinfeksi. Belum jelas benar apakah Centaurus bisa menginfeksi pasien yang telah sembuh dari Covid-19 atau sudah divaksinasi lengkap.
Sementara itu Doctor of Pharmacy di University of the Basque Country, Gorka Orive, telah menyatakan bahwa subvarian ini menghadirkan hingga 8 mutasi tambahan sehubungan dengan BA.5. Hal ini sebagai sebuah fakta yang dianggap sebagai dampak yang seharusnya dipelajari baik dalam hal infektivitas dan penghindaran kekebalan.
India bukan satu-satunya negara di mana varian ini telah diidentifikasi. WHO telah mengkonfirmasi bahwa varian ini telah terdeteksi di sepuluh negara lain, termasuk Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Selandia Baru, dan Inggris.
Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London, mengatakan bahwa meskipun tidak ada mutasi yang terdeteksi pada varian baru ini, kombinasi tersebut dapat menyebabkan masalah. “Tidak satu pun dari pasien yang terinfeksi subvarian Centaurus dalam kondisi mengkhawatirkan, namun subvarian ini muncul bersama-sama sekaligus dengan masalah lain,” katanya di akun Twitter-nya.
Baca: Sebulan Terakhir, Lonjakan Kasus Covid-19 Indonesia Tertinggi di Dunia
FORBES