TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan baru PBB telah menemukan bahwa angkatan bersenjata Ukraina menanggung sebagian besar kesalahan atas serangan terhadap panti jompo di wilayah Luhansk yang membuat penduduk rentan terjebak di jalur tembak.
Dua minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, pasukan Rusia menyerang sebuah panti jompo di Stara Krasnyanka, Luhansk, sekitar 580 kilometer tenggara Kyiv. Puluhan pasien lanjut usia dan penyandang cacat, banyak dari mereka terbaring di tempat tidur, terperangkap di dalam bangunan tanpa air atau listrik.
Serangan 11 Maret memicu kebakaran yang menyebar ke seluruh fasilitas, asapnya mencekik orang-orang yang tidak bisa bergerak.
Pihak berwenang Ukraina menyalahkan serangan itu pada pasukan Rusia, menuduh mereka membunuh lebih dari 50 warga sipil yang rentan dalam serangan brutal dan tidak beralasan. Namun, laporan PBB menemukan bahwa beberapa hari sebelum serangan, tentara Ukraina mengambil posisi di dalam panti jompo, secara efektif menjadikan gedung itu sebagai sasaran.
Setidaknya 22 dari 71 pasien selamat dari serangan itu, tetapi jumlah pasti orang yang tewas masih belum diketahui, menurut PBB.
Laporan oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan pertempuran di panti jompo itu merupakan simbol keprihatinannya atas potensi penggunaan "perisai manusia" untuk mencegah operasi militer di daerah-daerah tertentu.
Laporan tersebut menyatakan bahwa ketika permusuhan semakin dekat ke panti jompo pada awal Maret, pengelola panti meminta berulang kali agar pihak berwenang setempat mengevakuasi penghuninya. Tetapi evakuasi tidak mungkin dilakukan karena pasukan Ukraina diyakini telah memblokir jalan.
Pada 7 Maret, tentara Ukraina memasuki panti jompo. Menurut PBB, dua hari kemudian mereka "terlibat dalam baku tembak" dengan separatis yang didukung Moskow. “Meskipun masih belum jelas pihak mana yang melepaskan tembakan lebih dulu," kata laporan itu. Tidak ada staf atau penduduk yang terluka dalam baku tembak pertama ini.
Pada 11 Maret, 71 warga dan 15 staf tetap berada di rumah tanpa akses ke air atau listrik. Pagi itu, "kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Rusia" menyerang dengan senjata berat. "Kebakaran mulai dan menyebar ke seluruh rumah perawatan, sementara pertempuran sedang berlangsung," kata laporan PBB.
David Crane, mantan pejabat Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa aturan dasar menyatakan bahwa warga sipil tidak dapat dengan sengaja menjadi sasaran. “Titik. Untuk alasan apa pun. Ukraina menempatkan orang-orang itu dalam situasi yang merupakan zona pembunuhan. Dan Anda tidak bisa melakukan itu.”
Baca juga: Takut Perang ke Ukraina, Pria Rusia Makin Banyak Hindari Wajib Militer
SUMBER: ABC NEWS