TEMPO.CO, Jakarta - Rusia sedang memobilisasi pasukan cadangannya dari seluruh negeri dan mengumpulkan mereka di dekat Ukraina, demikian laporan intelijen militer Inggris, Sabtu, 9 Juli 2022. Pemusatan ini diduga untuk operasi ofensif di masa depan.
Sebagian besar unit infanteri Rusia yang baru kemungkinan akan dikerahkan dengan kendaraan lapis baja MT-LB yang diambil dari penyimpanan jangka panjang sebagai transportasi utama mereka, kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam buletin reguler yang diunggah di akun Twitter.
Belum ada tanggapan dari Rusia atas pernyataan Kemenhan Inggris itu.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menandatangani paket senjata baru senilai hingga $400 juta atau hampir Rp 6 triliun untuk Ukraina pada hari Jumat, termasuk empat tambahan sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) dan lebih banyak amunisi.
Bantuan baru AS dimaksudkan untuk mendukung Ukraina saat menghadapi serangan berat artileri Rusia.
Sejak invasi 24 Februari, pasukan Rusia telah menguasai sebagian besar wilayah di sisi selatan Ukraina di atas Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014. Rusia perlahan mendorong pasukan Ukraina keluar dari dua wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan HIMARS tambahan akan membuat jumlah total sistem ini menjadi 12.
"Ukraina sekarang telah berhasil menyerang lokasi Rusia di Ukraina, lebih dalam di belakang garis depan dan mengganggu kemampuan Rusia untuk melakukan operasi artileri itu," kata pejabat itu.
Pejabat itu menambahkan bahwa semua HIMARS yang diberikan ke Ukraina diperhitungkan setelah kementerian pertahanan Rusia awal pekan ini mengatakan telah menghancurkan dua sistem HIMARS dan gudang amunisi mereka di Ukraina timur.
Amerika Serikat mulai menyediakan sistem senjata roket presisi tinggi ke Ukraina bulan lalu setelah menerima jaminan dari Kyiv bahwa mereka tidak akan menggunakannya untuk mencapai target di dalam wilayah Rusia.
Ukraina belum menggunakan sistem HIMARS untuk menyerang di luar Ukraina, kata pejabat itu.
Paket senjata terbaru juga mencakup amunisi yang lebih tepat untuk sistem artileri howitzer, yang biasa digunakan militer AS tetapi belum diberikan ke Kyiv.
Ribuan orang telah tewas di Ukraina dan jutaan mengungsi sejak invasi Rusia, yang Moskow sebut sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata dan "denazifikasi" Ukraina.
Ketika Amerika Serikat dan sekutunya memberi Ukraina senjata yang semakin canggih, Washington telah mengadakan diskusi dengan Kyiv tentang bahaya eskalasi jika menyerang jauh di dalam Rusia, pejabat AS dan diplomat mengatakan kepada Reuters.
Amerika Serikat telah memberikan bantuan senjata sekitar $7,3 miliar atau Rp109 triliun sejak pasukan Rusia masuk ke Ukraina.