TEMPO.CO, Jakarta - Prancis memulangkan warganya, terdiri atas 16 tersangka teroris perempuan dan 35 anak-anak mereka dari kamp-kamp pengungsi di timur laut Suriah, kata jaksa anti-terorisme negara itu, Selasa, 5 Juli 2022.
Para wanita, berusia antara 22 dan 39 tahun, telah diserahkan kepada otoritas kehakiman, kata jaksa. Empat belas wanita tersebut adalah warga negara Prancis dan dua lainnya adalah ibu dari anak-anak warga negara Prancis. Sebagian besar anak dipulangkan bersama ibu mereka, tetapi tujuh ditemukan di kamp Suriah tanpa orang tua.
Selama lebih dari satu dekade perang saudara, Suriah menjadi pelabuhan bagi kelompok pendukung ISIS atau Negara Islam, yang menguasai sebagian besar Suriah dan negara tetangga Irak dari 2014-2017 dan merekrut orang Eropa sebagai pejuang dan sebagai istri.
Negara-negara Eropa telah berjuang selama bertahun-tahun untuk memulangkan sejumlah warganya yang pergi ke Suriah selama konflik, termasuk wanita yang berakhir di kamp-kamp pengungsi setelah militan dikalahkan pada 2017.
Perang Suriah dimulai dengan protes damai terhadap Presiden Bashar al-Assad pada Maret 2011, dan berkembang menjadi konflik berlarut-larut yang menyedot kekuatan dunia.
Pasukan pemerintah berhasil mengalahkan kelompok ISIS, namun kekerasan terus berlanjut dan jutaan orang tetap mengungsi baik di dalam perbatasan Suriah dan di negara-negara tetangga. Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan bulan lalu bahwa 306.887 warga sipil telah tewas di Suriah selama konflik.
Sebelum operasi Selasa, Prancis telah memulangkan 126 anak korban ISIS sejak 2016.
Reuters