"Kami telah mengambil keputusan mencabut terorisme sampai ke akar-akarnya," kata Rambukwella. "Tak akan ada gencatan senjata dengan LTTE."
Permohonan gencatan senjata itu diajukan Aliansi Nasional Tamil, organisasi yang memiliki 21 legislator dari 225 anggota parlemen nasional negeri itu.
Sebelumnya, pemerintah juga menolak permintaan soal gencatan senjata karena yakin kemenangan sudah di depan mata meskipun permintaan itu diajukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang khawatir terhadap jatuhnya korban sipil di tengah peperangan.
Gerilyawan Macan kini hanya menguasai sekeping daerah yang tersisa di dekat pantai di utara Sri Lanka setelah digempur habis-habisan oleh pasukan pemerintah sejak November tahun lalu--penyerbuan terbesar dalam sejarah negeri itu menghadapi gerakan separatis sejak 1972.
PBB memperkirakan 250 ribu warga sipil masih berada di wilayah yang dikuasai pemberontak. Senin lalu, PBB menuduh gerilyawan Macan mencegah puluhan ribu warga sipil keluar dari wilayah yang dikuasai pemberontak, bahkan Macan "menembak dan kadang kala membunuh" beberapa orang yang mencoba pergi. Macan membantah tuduhan itu.
Lembaga Dana Anak-anak PBB (UNICEF) menuduh Macan telah merekrut anak-anak untuk dijadikan tentara. Menurut UNICEF, Macan telah memiliki catatan panjang dalam pemanfaatan tentara anak-anak dan telah merekrut lebih dari 6.000 orang sejak 2002.
"Kami punya indikasi jelas bahwa LTTE telah meningkatkan tekanan untuk merekrut paksa warga sipil dan kini anak-anak, yang berusia paling muda 14 tahun, menjadi sasarannya," kata Philippe Duamelle, kepala UNICEF di Colombo pada Senin lalu.
Tapi LTTE membantah tudingan UNICEF itu. "Kami membantah mentah-mentah tuduhan telah merekrut orang berusia di bawah 18 tahun," kata Kepala Politik LTTE B. Nadesan kepada situs TamilNet, pendukung Macan.
AFP | TAMILNET | IWANK