TEMPO.CO, Jakarta - Israel ingin menguji peluru yang menewaskan wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh, untuk menentukan apakah salah satu tentaranya benar telah menembaknya. Seorang pengamat Amerika Serikat disebut bakal terlibat dalam prosedur pengujian forensik secara instan itu.
"Beberapa hari atau jam mendatang akan menjadi jelas apakah kami yang membunuhnya, secara tidak sengaja, atau apakah itu orang-orang bersenjata Palestina. Jika kami membunuhnya, kami akan bertanggung jawab dan menyesali apa yang terjadi," kata Kochav kepada Radio Angkatan Darat, dilansir Reuters.

“Kami mendapat jaminan dari koordinator Amerika bahwa pemeriksaan akan dilakukan oleh mereka dan pihak Israel tidak akan ambil bagian,” kata Al-Khatib kepada radio Voice of Palestine,
Sementara itu, setelah melakukan penyelidikan independen, Otoritas Palestina menyatakan, Abu Akleh telah ditembak oleh seorang tentara Israel. Pembunuhan itu diduga disengaja. Israel telah membantah tuduhan itu dan mengatakan, sedang melanjutkan penyelidikannya sendiri.
Namun, otoritas Israel belum dapat menentukan apakah dia ditembak secara tidak sengaja oleh seorang tentara Israel atau oleh seorang militan Palestina selama baku tembak. Mereka juga belum memeriksa kecocokan dengan senapan militer Israel.
Abu Akleh terbunuh pada 11 Mei saat meliput serangan militer Israel di kota Palestina, Jenin, di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Kematian wartawan Palestina-Amerika terkemuka memicu kemarahan Palestina dan kecaman dunia internasional.
Rekaman video memperlihatkan Abu Akleh, mengenakan rompi biru bertanda "Pers" ketika dia ditembak. Setidaknya dua rekannya yang bersamanya mengatakan mereka berada di bawah tembakan penembak jitu Israel tanpa berada di dekat militan.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.