TEMPO.CO, Jakarta - Nigeria kehilangan revenue sebesar USD1 miliar (Rp 14 triliun) selama kuartal pertama 2022 akibat pencurian minyak mentah. Nigerian Upstream Petroleum Regulatory Commission pada Jumat, 1 Juli 2022, memperingatkan praktik pencurian minyak mentah ini sudah lama menjadi sebuah ancaman bagi perekonomian Afrika.
Nigeria kehilangan jutaan barel minyak mentah dalam setahun karena pencurian dan vandalism, termasuk penyadapan minyak mentah dari sebuah labirin jaringan pipa milik perusahaan – perusahaan minyak terbesar. Kejadian itu, menggaris-bawahi buruknya keamanan hingga menyebabkan kerugian keuangan bagi negara.
Afieyegha Seiyefa, seorang nelayan menunjukkan keranjang pancingnya yang tersumbat minyak, menyusul tumpahan minyak di Santa Barbara di Nembe, di negara bagian Bayelsa, di Nigeria, 25 November 2021. REUTERS/Temilade Adelaja
Gbenga Komolafe Kepala Nigerian Upstream Petroleum Regulatory Commission mengatakan sekitar pada kuartal pertama2022, ada 141 juta barel produksi minyak mentah di Nigeria. Namun hanya 132 juta barel minya yang diterima di terminal ekspor.
“Ini mengindikasikan kalau lebih dari 9 juta barel minyak, hilang karena pencurian minyak. Jumlah ini membuat revenue pemerintah hilang sekitar USD 1 miliar (14 triliun) hanya dalam tempo satu kuartal,” kata Komolafe.
Komolafe lebih lanjut mengatakan pencurian terhadap minyak mentah dunia mengalami kenaikan per harinya sekitar 108 ribu barel pada kuartal pertama 2022. Sebelumnya pada 2021, jumlah minyak mentah yang hilang pada periode yang sama sekitar 103 ribu barel.
Para pencuri minyak telah menyebabkan Bonny Oil & Gas Terminal menyatakan diri force majeure. Bonny Oil & Gas Terminal adalah sebuah jalur pipa yang membawa minyak mentah dari Delta Niger yang kaya akan sumber daya minyak ke sejumlah kapal ekspor minyak serta tempat lainnya. kondisi ini telah menciptakan sebuah kerapuhan lingkungan dan tidak menarik bagi investor.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jokowi Kunjungi Rusia, Akan Bahas Pembelian Minyak?
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.