TEMPO.CO, Jakarta -Pertempuran di Lysychansk, benteng besar terakhir Ukraina di provinsi timur Luhansk, makin intensif. Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui kota itu bisa jatuh ke dalam genggaman Rusia.
Penasihat Presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych, mengatakan, pasukan Rusia akhirnya menyeberangi sungai Siverskiy Donets dan mendekati kota dari utara. Arestovych mengakui adanya ancaman dari Rusia untuk merebut Lysychansk dengan kemajuan itu .
Walau begitu, menurut Arestovych, langkah Rusia mengambil alih Lysychansk akan memperumit masalah strategis militernya. Sebab mereka harus fokus pada enam kota besar di wilayah Donbas timur industri.
Dia menambahkan, semakin banyak senjata Barat yang datang ke Ukraina ke depannya, semakin besar peluang Ukraina memenangkan pertempuran.
Media Rusia menayangkan video milisi Luhansk berparade di jalan-jalan Lysychansk sambil mengibarkan bendera dan bersorak. Juru Bicara Garda Nasional Ukraina Ruslan Muzychuk mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa kota itu tetap berada di tangan Ukraina.
"Sekarang ada pertempuran sengit di dekat Lysychansk, namun untungnya, kota itu tidak dikepung dan berada di bawah kendali tentara Ukraina," kata Muzychuk.
Pasukan Ukraina di garis depan timur menggambarkan rentetan artileri yang makin banyak di daerah pemukiman. Sementara Kyiv mengatakan Moskow telah mengintensifkan serangan rudal ke kota-kota yang jauh dari medan perang timur utama, dengan menuduh Rusia dengan sengaja menyerang situs-situs sipil.