TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengkonfirmasi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan menghadiri Foreign Ministers' Meeting G20 di Bali pada 7-8 Juli 2022. Ia menyatakan, Rusia tidak mau ambil pusing dengan ancaman boikot negara-negara Barat dalam forum tersebut.
"Itu terserah perwakilan masing-masing negara. Tetapi jika itu terjadi, maka kami menganggapnya sebagai upaya untuk menggagalkan pembicaraan yang substantif," kata Dubes Rusia kepada Tempo belum lama ini.
Perang di Ukraina telah menyebabkan dinamika di forum G20. Negara-negara Barat mengusulkan pada Indonesia sebagai presidensi G20 tahun ini agar tidak mengundang Presiden Vladimir Putin ke KTT Bali, setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Boikot terhadap Rusia juga terjadi di tingkat kementerian. Saat pertemuan Menteri Keuangan di Washington D.C. pada April lalu, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan teman-temannya dari negara G7 seperti Kanada dan Inggris, walk out saat perwakilan Rusia berbicara.
Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly, saat berdiskusi dengan think tank FPCI pada 11 April 2022 mengatakan, dirinya tidak ingin satu meja dengan Lavrov. Menurutnya, forum G20 tidak akan menjadi 'Business as Usual' kalau delegasi Rusia hadir.
Terlepas dari ancaman boikot yang ada, Vorobieva menyebut, Moskow sudah memastikan kesediaan Lavrov ke FMM Bali kepada Kementerian Luar Negeri. Adapun forum tingkat menteri luar negeri itu akan digelar pada 8 Juli 2022.
"Betul, kami sudah mengkonfirmasi ke Kemlu bahwa dia (Lavrov) akan datang," katanya kepada Tempo, Rabu, 8 Juni 2022.
Indonesia sebagai ketua G20 menolak untuk mengeluarkan Rusia, seperti saran negara-negara Barat. Preseden prosedural disebut menjadi alasan mengapa Indonesia enggan mengisolasi Moskow.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah belum bisa memastikan siapa saja yang bakal hadir dalam FMM G20 Bali. "Besok saja saat press brief tanya ke Pak Djani," katanya saat ditanya, Rabu, 29 Juni 2022. Yang dimaksud adalah Dian Triansyah Djani, staf khusus program-program prioritas Kementerian Luar Negeri RI dan Co-Sherpa G20 Indonesia.
Ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat, Dian juga belum memberikan jawaban soal delegasi G20 mana saja yang sudah memastikan hadir ke pertemuan di Bali pekan depan.
Faizasyah saat jumpa pers Kementerian Luar Negeri, Kamis, 9 Juni, sempat ditanya cara menavigasi masalah boikot ini. Walau tidak menyampaikan secara spesifik, dia mengatakan, dengan berbagai komunikasi yang telah dibangun oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan mitra G20, setidaknya Indonesia punya modal untuk memetakan isu yang akan dibahas.
"Kita juga bisa memberikan posisi yang akan kita arahkan dalam FMM G20," kata Faizasyah.