TEMPO.CO, Jakarta - Dua rudal Rusia menghantam mal yang ramai di kota Kremenchuk, Ukraina tengah, Senin waktu setempat. Serangan ini menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai 59 orang, kata para pejabat.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan lebih dari 1.000 orang berada di mal pada saat serangan itu, yang menurut para saksi menyebabkan kebakaran besar dan mengirim asap hitam mengepul ke langit.
Seorang reporter Reuters melihat sekam hangus dari sebuah kompleks perbelanjaan dengan atap yang runtuh. Petugas pemadam kebakaran dan tentara menarik potongan logam yang hancur saat mereka mencari korban selamat.
Mal itu diliputi oleh dinding api yang berubah menjadi awan asap tebal saat petugas pemadam kebakaran bekerja untuk menahan kobaran api. Foto udara menunjukkan struktur itu direduksi menjadi logam bengkok, dengan pekerja menyisir tumpukan puing yang semakin besar.
"Bahkan tidak mungkin membayangkan jumlah korban. Tidak ada gunanya mengharapkan kesopanan dan kemanusiaan dari Rusia," tulis Zelensky di aplikasi perpesanan Telegram.
Kremenchuk, sebuah kota industri berpenduduk 217.000 orang sebelum invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, terletak di Sungai Dnipro di wilayah Poltava. Tempat ini juga merupakan lokasi kilang minyak terbesar di Ukraina.
Dmytro Lunin, gubernur wilayah Poltava tengah, menulis di Telegram bahwa terlalu dini untuk membicarakan jumlah korban tewas terakhir ketika penyelamat terus mencari di antara puing-puing.
"Ini adalah tindakan terorisme terhadap warga sipil," katanya secara terpisah, menunjukkan tidak ada target militer di dekatnya yang bisa menjadi sasaran Rusia.
Pada satu titik, paramedis bergegas ke gedung setelah penyelamat memanggil "200" yang berarti mereka telah menemukan satu atau lebih mayat di dalam gedung. Wartawan kemudian didorong menjauh dari tempat kejadian saat sirene serangan udara meraung lagi.
Saat malam mulai turun, tim penyelamat membawa lampu dan generator untuk melanjutkan pencarian. Anggota keluarga yang khawatir, beberapa hampir menangis dan dengan tangan menutupi mulut mereka, berbaris di sebuah hotel di seberang jalan dari mal di mana petugas penyelamat telah mendirikan pangkalan.
Kiril Zhebolovsky, 24, sedang mencari temannya, Ruslan, 22, yang bekerja di sebuah toko elektronik dan tidak terdengar kabarnya sejak ledakan itu. "Kami mengiriminya pesan, menelepon, tetapi tidak ada apa-apa," katanya. Dia meninggalkan nama dan nomor teleponnya kepada petugas penyelamat jika temannya ditemukan.
Seorang pekerja mal yang bernama Roman, 28, mengatakan kepada Reuters bahwa manajemen mal baru tiga hari yang lalu mengizinkan toko-toko tetap buka selama sirene serangan udara.
Komando angkatan udara Ukraina mengatakan mal itu dihantam oleh dua rudal jarak jauh X-22 yang ditembakkan dari pembom Tu-22M3 yang terbang dari lapangan terbang Shaykovka di wilayah Kaluga Rusia.
Wakil duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, menulis di Twitter, tanpa mengutip bukti, bahwa serangan itu adalah "provokasi Ukraina."
Baca juga: KTT G7, Jokowi Minta Reintegrasi Ekspor Gandum Ukraina dan Pupuk Rusia
SUMBER: REUTERS