TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina dijadwalkan menggelar sidang pendahuluan terhadap seorang tentara Rusia yang didakwa memperkosa seorang wanita Ukraina selama invasi Rusia pada Kamis 23 Juni 2022. Ini merupakan sidang pertama dari puluhan kasus serupa.
Seperti dilansir Reuters, terdakwa Mikhail Romanov, yang tidak berada dalam tahanan Ukraina dan akan diadili secara in absentia, dituduh membunuh seorang warga sipil di wilayah ibu kota Kyiv pada 9 Maret.
Tentara Rusia berusia 32 tahun itu kemudian berulang kali memperkosa istri pria tersebut, menurut berkas pengadilan.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar tertulis, dan Reuters tidak dapat menghubungi tentara tersebut. Moskow telah membantah tuduhan kejahatan perang.
Romanov dituduh memperkosa seorang wanita berusia 33 tahun setelah dia dan seorang tentara Rusia lainnya menembak suaminya, Oleksiy, di desa Bohdanivka, timur laut Kyiv.
Kedua tentara itu kemudian pergi dan kembali lagi dua kali untuk memperkosanya, kata berkas pengadilan. Identitas prajurit kedua belum ditetapkan.
Tidak segera jelas perwakilan hukum seperti apa yang akan dimiliki Romanov di persidangan, yang akan diadakan secara tertutup.
Seorang jaksa yang menangani kasus kekerasan seksual mengatakan kepada Reuters bahwa setidaknya 50 kejahatan semacam itu sedang diselidiki. Namun, jumlah kasus kekerasan seksual oleh tentara Rusia sejak 24 Februari kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Para pejabat, aktivis, dan dokter Ukraina mengatakan bahwa banyak penyintas takut atau tidak mau melapor ke polisi dan jaksa dengan kasus mereka. Para korban disebut takut akan pembalasan dari Rusia dan stigma dari tetangga Ukraina mereka.
Seorang juru bicara kantor Jaksa Agung mengatakan bahwa seorang jaksa mungkin berkomentar tentang persidangan secara terbuka setelah sidang Kamis.
Ukraina mengatakan sedang menyelidiki ribuan potensi kejahatan perang yang dilakukan selama invasi Rusia, yang dimulai pada 24 Februari. Jaksa Agung Iryna Venediktova mengatakan kepada Reuters bahwa banyak tersangka berada di Rusia, tetapi beberapa telah ditawan oleh Ukraina sebagai tawanan perang.
Baca juga: Ukraina: Rusia Gunakan Perkosaan sebagai Taktik, Putin Penjahat Perang
SUMBER: REUTERS