TEMPO.CO, Jakarta - Elon Musk menyatakan akan memotong gaji stafnya di Tesla sebesar 10 persen selama tiga bulan. Orang terkaya di dunia itu mengatakan pemotongan gaji disebabkan ancaman resesi di Amerika Serikat.
Pernyataan Elon Musk itu adalah yang pertama kalinya sejak pemutusan hubungan kerja massal di produsen mobil listrik Tesla. Menurut Elon Musk, perusahaan perlu memotong gaji staf sekitar 10 persen dan menghentikan perekrutan di seluruh dunia.
Ia berbicara di Forum Ekonomi Qatar yang diselenggarakan oleh Bloomberg. Selain soal gaji pegawai, Elon Musk juga menyatakan keprihatinannya tentang prospek resesi AS. "Itu belum pasti, tapi sepertinya lebih mungkin daripada tidak," katanya dilansir dari Reuters, Rabu, 22 Juni 2022.
Pandangan Musk senada dengan pernyataan sejumlah analis keuangan termasuk CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon dan Presiden Goldman Sachs John Waldron. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden diperkirakan akan masuk masuk ke jurang resesi.
Pada Senin, Joe Biden mengatakan bahwa ia merasa resesi AS tidak dapat dihindari. Negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu sedang berjuang untuk mengatasi kenaikan harga bensin dan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers mengatakan kepada NBC News pada hari Minggu bahwa dia memperkirakan akan terjadi resesi.
Dalam emailnya pada 2 Juni 2022, Elon Musk mengatakan kepada eksekutif Tesla bahwa dia memiliki "perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi. Perusahaan perlu memangkas jumlah staf sekitar 10 persen dan menghentikan semua perekrutan di seluruh dunia.
Dia mengatakan pada hari Selasa, berharap bisa meningkatkan jumlah pekerja yang dibayar per jam di Tesla dibandingkan dengan pegawai yang digaji tetap. Elon Musk juga berbicara tentang tawarannya untuk membeli Twitter (TWTR.N). Awal bulan ini majalah Forbes melaporkan bahwa dia telah setuju untuk membeli Twitter seharga US$ 44 miliar.
Baca: Tesla Digugat Bekas Karyawan karena Mendadak PHK Massal
REUTERS