TEMPO.CO, Jakarta - Petroecuador pada Sabtu malam, 18 Juni 2022 menyatakan force majeure, yang disebabkan dampak protes terhadap kebijakan sosial dan ekonomi Pemerintah Ekuador. Petroecuador adalah BUMN bidang perminyakan Ekuador.
Petroecuador mengatakan force majeure meliputi eksplorasi, eksploitasi, transportasi dan sektor perdagangan sehingga berdampak pada terhentinya ekspor. Langkah itu diambil setelah pengunjuk rasa memasuki ladang minyak dan mempengaruhi produksi.
Keputusan itu juga sesuai arahan Presiden Ekuador Guillermo Lasso yang telah menyatakan kedaruratan di tiga provinsi pada Jumat malam, 17 Juni 2022. Presiden Lasso sejak beberapa hari lalu berupaya menenangkan protes yang diserukan oleh kelompok-kelompok pribumi yang menolak kebijakan ekonomi Pemerintah Ekuador.
Kedaruratan akan berlangsung selama 30 hari di provinsi Imbabura, Cotopaxi, dan Pichincha. Daerah itu mencakup ibu kota Quito, yang telah mengalami kekerasan lebih besar di tengah aksi protes. Demonstran yang marah juga menyerang perkebunan bunga, merusak infrastruktur, hingga menyandera aparat kepolisian.
Jam malam di Quito akan berlaku mulai pukul 10 malam waktu setempat hingga pukul 5 terhitung mulai Sabtu, 18 Juni 2022 waktu setempat. Sejumlah pertemuan akan dilarang sepanjang hari di provinsi-provinsi yang terkena dampak. Lasso belum menjelaskan berapa lama kondisi darurat ini diberlakukan.
"Saya menyerukan dialog dan jawabannya lebih banyak kekerasan, tidak ada niat untuk mencari solusi," kata Lasso dalam siaran televisi, seperti dilansir Reuters.
Polisi anti huru hara berdiri di dekat ban yang terbakar, saat masyarakat adat memprotes kebijakan ekonomi atas kenaikan harga baan bakar di Quito, Ekuador, 13 Juni 2022 REUTERS/Johanna Alarcon
Kelompok-kelompok pribumi melancarkan aksi protes sejak Senin, 13 Juni 2022. Pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan di seluruh negeri yang bertentangan dengan kebijakan sosial dan ekonomi Lasso. Mereka menuntut pembekuan harga bensin, penghentian proyek pertambangan dan minyak lebih lanjut, serta lebih banyak kelonggaran waktu bagi para petani kecil untuk membayar utang mereka di bank.
Petroecuador mengatakan telah kehilangan 6.975 barel minyak mentah sejak aksi protes dimulai dan telah menghentikan beberapa operasi pengeboran. Protes juga disebut telah merugikan sektor produktif negara itu US$ 50 juta dan menyebabkan kekurangan produk serta bahan bakar tertentu.
Lasso menjamin tidak akan ada kenaikan biaya solar, bensin, dan gas. Kelompok-kelompok pribumi masih terus memblokir jalan-jalan yang menghubungkan Quito dengan utara dan selatan negara itu, sementara para mahasiswa mendukung protes tersebut.
Leonidas Iza, presiden organisasi adat CONAIE Ekuador, mengatakan di media sosial bahwa dia tidak yakin proposal Lasso akan menyelesaikan masalah. "Mulai saat ini kami bersiap untuk memobilisasi dan menolak kebijakan ini di Quito," katanya.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.