TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai Qantas dan Airbus pada Minggu, 19 Juni 2022, kompak akan mengucurkan investasi hingga USD 200 juta (Rp 2,9 triliun). Dana investasi tersebut diharapkan bisa mempercepat pengembangan industri bahan bakar pesawat, yang berkesinambungan di Australia sehingga tercapai tujuan menurunkan emisi karbon.
Kesepakatan antara Qantas dan Airbus tersebut diumumkan di sela-sela pertemuan tahunan IATA di Ibu Kota Doha, Qatar. Investasi ini sejalan dengan target Qantas untuk menggunakan 10 persen SAF dalam campuran bahan bakarnya per tahun 2030 nanti.
Pesawat Qantas di Bandara Internationa Sydney, Australia. AP/Rob Griffith
Keputusan itu diambil Qantas setelah memesan pesawat berbadan sempit dan pesawat berbadan besar pada akhir bulan lalu ke Airbus. Pembelian pesawat dari Qantas itu, bernilai multi-miliar dolar
Industri penerbangan dunia saat ini ingin mencapai nol emisi pada tahun 2050 sehingga bergantung pada penggunaan SAF. Walhasil, pemakaian SAF melonjak dari sekitar 100 juta liter pada 2021 menjadi setidaknya 449 miliar liter dalam tempo tiga dekade terakhir.
“Investasi ini adalah tonggak untuk membantu mengawali industri biofuel lokal di Australia dan semoga bisa mendorong adanya investasi tambahan dari pemerintah dan bisnis lainnya serta membangun momentum industri ini secara keseluruhan,” kata CEO Qantas Alan Joyce.
Investasi yang dikucurkan ini, di antaranya akan dialokasikan pada sejumlah perusahaan start-up dan operator-operator yang lebih mapan. Investas ini mencakup AUD 50 juta (Rp 519 miliar), uang yang sebelumnya sudah dijanjikan Qantas.
“Sangat masuk akan bagi kami untuk menanam saham pada sebuah industri, di mana kami akan menjadi konsumen terbesarnya. Kami pun menyerukan perusahaan-perusahaan lain dan para produsen untuk menyorong projek-projek biofuel mereka,” kata Joyce.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ini Maskapai Penerbangan yang Pertama Kali Punya Kelas Bisnis
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.