TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa pada Jumat, 17 Juni 2022, memberikan restunya pada Ukraina dan Moldova untuk menjadi kandidat anggota organisasi terbesar di Benua Biru itu. Kedua negara itu adalah bekas pecahan Uni Soviet.
“Ukraina siap mati demi perspektif Eropa. Kami ingin mereka hidup bersama kami dalam mimpi Eropa,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Presiden Komisi Eropa Ursula dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri konferensi pers, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina, 8 April 2022. Ketua Komisi Eropa dan diplomat tinggi Uni Eropa bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Kyiv untuk menawarkan dukungan finansial dan moral setelah pasukan Rusia mundur dari pinggirannya. REUTERS/Janis Laizans
Proses untuk menjadi anggota resmi Uni Eropa membutuhkan waktu bertahun-tahun. Ukraina memasukkan lamaran untuk menjadi anggota Uni Eropa empat hari setelah tentara Rusia bersiaga di wilayah perbatasan Rusia – Ukraina pada Februari 2022.
Berselang empat hari setelah permohonan Ukraina masuk, Moldova dan Georgia juga melayangkan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa. Moldova dan Georgia adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang juga menghadapi kelompok separatis pro-Rusia.
“Lantaran keberanian masyarakat Ukraina, Eropa bisa menciptakan sebuah sejarah baru soal kebebasan dan akhir menghapuskan zona hijau di Eropa timur antara Uni Eropa dan Rusia,” kata Presiden Ukraina Voldymyr Zelenskiy.
Invasi Rusia di Ukraina telah menewaskan ribuan orang, menghancurkan kota-kota di negara itu dan mendorong jutaan warga Ukraina untuk mengungsi. Invasi Rusia tersebut, di antaranya untuk menghentikan ekspansi negara-negara Barat ke arah timur melalui aliansi militer NATO.
Pengumuman Ukraina dan Moldova menjadi kandidat anggota Uni Eropa pada Jumat kemarin, menggaris bawahi bagaimana perang membawa efek sebaliknya. Perang Ukraina secara tak langsung telah membuat Finlandia dan Swedia yakin untuk bergabung menjadi anggota NATO. Sekarang, Uni Eropa memiliki potensi untuk memperluas keanggotaannya sejak membuka tangan bagi masuknya negara-negara dari Eropa timur setelah perang dingin.
“Kami tidak menentang hal itu. Itu bukan sebuah organisasi militer. Itu adalah hak setiap negara untuk bergabung dengan serikat ekonomi,” kata Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Sumber: Reuters
Baca juga: Volodymyr Zelensky Ingatkan Invasi Rusia Bisa Merembet ke Negara Lain
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.