TEMPO.CO, Jakarta - Militer Korea Selatan turun tangan menghadapi unjuk rasa sopir truk yang sudah berlangsung selama tujuh hari. Sebanyak 100 truk kargo yang diserahkan oleh Kementerian Transportasi untuk mengirimkan peti kemas masuk dan keluar dari pelabuhan utama, termasuk Kota Busan, kini dioperasikan oleh tentara Korea Selatan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Korea Selatan mengatakan, militer akan mengirim peti kemas ke dan dari lokasi terutama dalam jarak pendek dekat pelabuhan, dengan tujuan utamanya adalah untuk mengosongkan ruang.
Demonstrasi para sopir truk di Korea Selatan ini, telah berlangsung sejak 7 Juni 2022. Mereka memprotes kenaikan harga bahan bakar dan menuntut jaminan upah minimum. Di hari ketujuh demonstrasi itu, industri di Korea Selatan mulai kena dampaknya.
Sektor industri di Korea Selatan diantaranya mobil, baja, petrokimia dan semen, yang menghadapi akumulasi kerugian senilai sekitar 1,6 triliun won (Rp 18 triliun) pada Minggu, 12 Juni 2022 akibat aksi mogok para pengemudi truk itu. Kementerian Industri Korea Selatan mengkonfirmasi hal ini pada Senin, 13 Juni 2022.
Kementerian Perindustrian mengatakan dalam sebuah pernyataan, memperkirakan dampak kerugian akibat unjuk rasa ini sekitar 1,6 triliun won. Kerugian itu berdasarkan kerugian dalam produksi, pengiriman dan ekspor.
Serikat sopir truk Korea Selatan yang beranggotakan hingga 22 ribu orang, tidak terima dengan kenaikan harga bahan bakar. Mereka juga menuntut adanya jaminan upah minimum. Adapun empat putaran negosiasi dengan pemerintah gagal menemukan titik temu.
Perusahaan petrokimia Korea Selatan pada Senin, 13 Juni 2022, memangkas operasionalnya karena stok jadi menumpuk setelah aksi mogok oleh pengemudi truk menimbulkan gangguan transportasi. Langkah serupa sebelumnya diterapkan oleh perusahaan pembuat mobil dan baja. Asosiasi industri yang mewakili 32 perusahaan petrokimia di Korea Selatan mengatakan, rata-rata pengiriman harian dari perusahaan anggota mereka anjlok 90 persen karena pemogokan ini.
Sumber dari perusahaan petrokimia besar mengatakan, sebagian besar perusahaan masih menyimpan produk jadi dengan harapan dapat melanjutkan transportasi. Perusahaan pembuat mobil, yang terhantam keras karena mereka tidak dapat menerima pasokan komponen tepat waktu dan mengangkut produk jadi. Mereka akhirnya membentuk gugus tugas untuk memantau situasi dan menyerukan resolusi awal.
Sementara, perusahaan pembuat baja POSCO akan menghentikan beberapa pabrik mereka karena tak punya cukup ruangan untuk menyimpan produk yang belum dikirim. Produsen mobil Hyundai Motor telah memangkas produksi di beberapa sektor. Sedangkan perusahaan pembuat semen juga telah memangkas operasi.
Pemerintah Korea Selatan telah mendesak para pengemudi truk untuk kembali bekerja. Perwakilan pemerintah mengatakan akan berusaha untuk mencerminkan tuntutan mereka dalam proses legislatif dan terus berusaha mengakhiri perselisihan melalui dialog.
Para
sopir truk juga menuntut perpanjangan subsidi, yang akan berakhir tahun ini. Skema itu diyakini bisa menjamin upah minimum karena harga bahan bakar naik. Pemerintah Korea Selatan mengatakan peraturan itu diserahkan kepada parlemen.
REUTERS
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.