TEMPO.CO, Jakarta -Seorang polisi Thailand yang dijuluki "Joe Ferrari" karena seleranya dalam mobil cepat dan mewah pada Rabu 8 Juni 2022 divonis penjara seumur hidup karena menyiksa tersangka narkoba sampai tewas selama interogasi brutal.
Seperti dilansir France24, pengadilan Bangkok memutuskan Thitisan Utthanaphon bersalah atas pembunuhan dengan penyiksaan dalam kasus yang menyebabkan kemarahan publik dan menyoroti kebrutalan polisi dan korupsi di Thailand.
Rekaman viral yang bocor menunjukkan Thitisan dan enam petugas lainnya membungkus tujuh kantong plastik di sekitar kepala Jirapong Thanapat yang berusia 24 tahun sambil menginterogasinya. Ketika korban dalam kondisi sekarat, ketujuh polisi mencoba memeras US$60.000 atau Rp 870 juta, hingga akhirnya korban tewas.
Hakim di Pengadilan Pidana Pusat untuk Kasus Korupsi dan Pelanggaran Bangkok menghukum mati pria berusia 41 tahun itu. Namun, hakim segera mengubahnya menjadi penjara seumur hidup.
"Saya merasa tidak berdaya selama putusan, dan istri saya menangis," kata Jakkrit Klandi, ayah korban, di luar pengadilan."Ketujuh petugas harus belajar pelajaran mereka dan membayar kejahatan mereka," katanya.
Pengadilan mengurangi hukuman Thitisan menjadi penjara seumur hidup karena dia telah berusaha untuk menghidupkan kembali tersangka, dan telah membayar biaya pemakaman untuk keluarga.
Tapi Penh Thanapat, ibu Jirapong, tidak puas. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak pernah ingin melihat wajah Thitisan."Saya ingin (hukuman mati). Saya ingin sesuatu terjadi padanya seperti yang terjadi pada anak saya," katanya.
Thitisan tampak sehat dan terlihat tertawa bersama para penjaga di dalam ruang sidang sebelum vonis, tetapi menutup matanya saat hukuman dibacakan.
Lima dari enam petugas lain yang terlibat dalam kasus tersebut dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan juga menerima hukuman seumur hidup. Yang ketujuh mendapat lima tahun empat bulan, karena bersedia bersaksi.
Thitisan dan petugas lainnya memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas putusan tersebut, menurut pengacara mereka.
Orang tua korban mengatakan mereka tidak senang dengan tawaran kompensasi 600.000 baht atau Rp 252 juta dari polisi. Jakkrit mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan berkonsultasi dengan pengacara. Mereka awalnya meminta pengadilan sebesar 1,6 juta baht atau Rp672 juta.
Setelah rekaman itu bocor pada Agustus tahun lalu, petugas tersebut -- mantan kepala distrik di provinsi utara Thailand, Nakhon Sawan -- menyerahkan diri kepada polisi, yang menggerebek rumahnya di Bangkok dan menemukan beberapa mobil mewah. Dalam konferensi pers setelah dia menyerah, dia mengatakan kematian Jirapong adalah kecelakaan.
Baca juga: Kisah Polisi Tajir di Thailand, Pangkat Kolonel tapi Punya Lambo dan Ferrari
SUMBER: FRANCE24