TEMPO.CO, Jakarta -Interpol mengingatkan kemungkinan pengiriman senjata kecil dan berat ke Ukraina akan berakhir di pasar gelap dan di tangan penjahat. Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mendesak negara-negara yang memasok peralatan militer ke Kiev untuk fokus pada mekanisme pelacakan.
"Ini akan terjadi, saya tidak ragu. Saat kita berbicara sekarang mari fokus pada itu," kata Stark dalam perjalanan dari markas Interpol di Lyon, Prancis tenggara, seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis.
“Ketersediaan senjata yang luas selama konflik saat ini akan menyebabkan proliferasi senjata terlarang di fase pascakonflik,” kata Stock.
Stock mengkhawatirkan pencurian senjata dan persenjataan untuk Ukraina oleh penjahat di pasar gelap Uni Eropa, karena harga senjata di wilayah tersebut lebih tinggi. Ia mengatakan, pengiriman senjata ke Ukraina akan membuat senjata militer berat tersedia di pasar kriminal.
“Kami memiliki database untuk berbagi informasi tentang senjata, untuk menggunakan database ini karena tidak ada wilayah atau negara yang dapat menanganinya secara terpisah,” tutur dia.“Para penjahat yang saya bicarakan beroperasi secara global, jadi senjata ini akan dipertukarkan melintasi benua.”
Stock menyebutkan pengalaman saat angkatan bersenjata AS keluar dari Afghanistan pada 2021 setelah dua dekade perang. Pasukan AS meninggalkan sejumlah besar peralatan militer yang akhirnya jatuh ke tangan Taliban.
Negara-negara, termasuk Prancis dan Jerman, bersama dengan Amerika Serikat telah mengirimkan peralatan pertahanan kelas atas. Kiriman itu berupa amunisi artileri dan senjata untuk membantu Ukraina mempertahankan wilayahnya dan melawan pasukan Rusia.
Baca juga: Swedia Bantu Rudal anti-Kapal, Slovakia Kirim Howitzer ke Ukraina
SUMBER: ANADOLU