TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menolak bergabungnya Swedia dan Finlandia dengan NATO. Ia menyatakan tak akan menyetujui negara-negara pendukung terorisme untuk bergabung dengan NATO.
"Selama Tayyip Erdogan adalah kepala Republik Turki, kami pasti tidak bisa mengatakan 'ya' kepada negara-negara yang mendukung terorisme memasuki NATO," katanya kepada wartawan sekembalinya dari perjalanan ke Azerbaijan pada hari Sabtu, dikutip dari Reuters, Senin, 30 Mei 2022.
Turki telah menyatakan keberatan bila Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi pertahanan NATO. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, dua negara yang semula netral ini menyatakan akan bergabung dengan NATO. Namun bergabungnya Swedia dan Finlandia telah menuai penolakan dari Erdogan.
Dua sumber sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa pembicaraan hari Rabu dengan delegasi Finlandia dan Swedia membuat sedikit kemajuan. Tidak jelas kapan diskusi lebih lanjut akan dilakukan. Seluruh anggota NATO yang berjumlah 30 negara harus menyetujui rencana untuk memperbesar NATO.
Turki menentang permintaan Swedia dan Finlandia uuntuk bergabung dengan NATO. Alasannya negara-negara tersebut menampung orang-orang yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan lainnya yang dianggap teroris oleh Turki. Mereka juga menghentikan ekspor senjata ke Ankara pada 2019.
"Mereka tidak jujur atau tulus. Kami tidak bisa mengulangi kesalahan yang dibuat di masa lalu mengenai negara-negara yang merangkul dan memberi makan teroris semacam itu di NATO, yang merupakan organisasi keamanan," katanya.
Swedia dan Finlandia mengatakan mereka mengutuk terorisme dan menyambut baik kemungkinan berkoordinasi dengan Ankara. "Upaya diplomatik sedang berlangsung. Kami menolak berkomentar lebih lanjut pada saat ini," kata Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde.
Erdogan juga mengatakan Turki ingin mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina sesegera mungkin. Namun situasnya terus memburuk setiap hari.
"Pada hari Senin, saya akan melakukan panggilan telepon dengan Rusia dan Ukraina. Kami akan terus mendorong para pihak untuk mengoperasikan saluran dialog dan diplomasi," katanya.
Baca: Biden Dukung Swedia dan Finlandia Masuk NATO, Turki Tetap Menolak
REUTERS