TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok separatis Ukraina timur dukungan Rusia mengklaim berhasil menguasai kota penting Lyman pada hari Jumat, 27 Mei 2022. Di lain pihak, Ukraina mengakui Rusia berhasil mencatat kemajuan terbesarnya setelah berminggu-minggu melakukan serangan.
Lyman, pusat kereta api utama, telah menjadi target garis depan ketika pasukan Rusia menekan dari utara, salah satu dari tiga arah dari mana mereka telah menyerang kawasan industri Donbas Ukraina. Separatis Republik Rakyat Donetsk pro-Rusia mengatakan bahwa mereka sekarang memegang kendali penuh.
Oleksiy Arestovych, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengkonfirmasi jatuhnya Lyman dalam sebuah wawancara yang diposting di media sosial semalam, dan mengatakan pertempuran di sana menunjukkan bahwa Moskow meningkatkan taktiknya.
"Menurut data yang belum diverifikasi, kami kehilangan kota Lyman," kata Arestovych dalam video tersebut, seraya menambahkan bahwa serangan itu telah diatur dengan baik.
"Ini menunjukkan, pada prinsipnya, ada peningkatan tingkat manajemen operasional dan keterampilan taktis tentara Rusia," katanya.
Gubernur Ukraina di wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko, mengatakan kepada media Hromadske bahwa Lyman "terutama dikendalikan oleh pasukan Rusia" tetapi militer Ukraina telah mengambil posisi benteng baru di daerah tersebut.
Setelah diusir kembali dari ibukota Kyiv pada bulan Maret dan dari pinggiran kota terbesar kedua Kharkiv awal bulan ini, pasukan Rusia melancarkan serangan ke wilayah Donbas timur.
Di bagian paling timur dari kantong yang dikuasai Ukraina, pasukan Rusia mencoba mengepung pasukan Ukraina di kota Sievierodonetsk dan Lyshchansk, setelah menerobos jalur Ukraina lebih jauh ke selatan di kota Popasna minggu lalu.
Wartawan Reuters berhasil masuk ke Popasna, yang dikuasai Rusia pada hari Kamis, melaporkan apartemen-apartemen tinggi terbakar dan bangunan-bangunan kota hancur.
Tank-tank Rusia dan kendaraan militer lainnya menerobos jalan-jalan yang dipenuhi puing-puing, dan helikopter serang terbang rendah bergemuruh di atas kepala. Sejumlah mayat tentara tergeletak di halaman.
Salah seorang warga Popasna, Natalia Kovalenko, akhirnya keluar dari ruang bawah tanah tempat dia berlindung, untuk tidur di tengah puing-puing flatnya sendiri.
Dia menatap dengan sedih ke halaman yang hancur, menceritakan bagaimana dua orang terbunuh di sana dan delapan terluka oleh peluru ketika mereka pergi ke luar untuk memasak.
"Saya harus memperbaiki jendela entah bagaimana caranya. Anginnya masih buruk. Malam dingin," katanya. "Kami lelah dan sangat takut."
Pasukan darat Rusia kini telah merebut beberapa desa di barat laut Popasna, kata Kementerian Pertahanan Inggris.
Reuters