TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendesak negara-negara Barat agar bersikap lebih tegas pada Rusia dan memberlakukan sanksi yang lebih keras agar Negeri Beruang Merah itu menghentikan perang di Ukraina, yang disebutnya tidak masuk akal. Zelenskiy menegaskan Ukraina akan tetap menjadi negara yang merdeka.
Dalam beberapa hari terakhir Zelenskiy memuntahkan kritikan pada negara-negara Barat. Dia menganggap negara-negara Uni Eropa bergerak lambat dalam menjatuhkan embargo minyak Rusia, padahal saat ini ada ribuan
tentara Rusia yang mencoba memasuki kota Sievierodonetsk dan Lysychansk.
"Ukraina akan selalu menjadi sebuah negara merdeka dan kami tak akan bisa dipecah-belah. Satu-satunya pertanyaan adalah berapa harga yang harus rakyat kami bayar untuk kebebasan mereka dan harga yang harus Rusia bayar untuk perang tak masuk akal melawan kami," kata Zelenskiy, Kamis, 27 Mei 2022.
Militer Rusia mencari sisa-sisa ranjau wilayah pabrik baja Azovstal saat konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 22 Mei 2022. Operasi hari Minggu di Azovstal sejumlah ranjau diledakkan dalam ledakan terkendali dan puing-puing dibersihkan dari jalan pabrik baja menggunakan buldoser militer. REUTERS/Alexander Ermochenko
Dia mengatakan peristiwa bencana yang sedang berlangsung di negaranya bisa dihentikan jika dunia memberlakukan situasi di Ukraina sama seperti yang dihadapi masyarakat Ukraina sekarang. Negara-negara berkuasa sebaiknya jangan mengulur-ulur Rusia, namun benar-benar menekannya agar menghentikan perang.
Zelenskiy mengeluhkan adanya silang pendapat antara anggota Uni Eropa perihal sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan pada Ukraina. Dia pun mempertanyakan mengapa ada beberapa negara yang menghalau rencana tersebut (menjatuhkan sanksi).
Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama tiga bulan. Rusia sudah menghentikan serangannya di Ibu Kota Kyiv, namun saat ini sedang mencoba mengendalikan kawasan industri di wilayah timur Donbas.
Analis militer dari Barat melihat pertempuran di Sievierodonetsk dan Lysychansk kemungkinan bisa menjadi titik balik dalam perang di Ukraina setelah pergantian momentum terhadap Rusia menyusul menyerahnya tentara
Ukraina di wilayah Mariupol pada akhir pekan lalu.