TEMPO.CO, Jakarta -Majelis Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan mosi mengutuk darurat kesehatan regional yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina. Seperti dilansir Reuters Jumat 27 Mei 2022, sidang WHO juga menolak resolusi saingan dari Moskow yang tidak menyebutkan perannya sendiri dalam krisis tersebut.
Proposal asli, yang diajukan oleh Amerika Serikat dan sekitar 50 lainnya, mengutuk tindakan Rusia. Namun, resolusi itu tidak menangguhkan hak suara Rusia di badan kesehatan PBB seperti yang sebelumnya diminta oleh beberapa pihak.
Kedua resolusi tersebut menyatakan "keprihatinan besar atas keadaan darurat kesehatan yang sedang berlangsung di dan sekitar Ukraina." Tetapi, hanya proposal yang dipimpin Barat yang mengatakan keadaan darurat itu “dipicu oleh agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina".
Kendati demikian, proposal yang didukung Barat hanya disahkan dengan 88 suara setuju dan 12 menentang. Sementara itu, ada lusinan suara abstain dan absen di antara 194 anggota WHO. Adapun proposal Rusia yang disponsori bersama Suriah hanya didukung 15 negara, sementara 66 memilih menentang.
Duta Besar Ukraina untuk PBB di Jenewa Yevheniia Filipenko menyebut usulan tandingan Rusia sebagai "realitas alternatif yang dipelintir". "Federasi Rusia telah gagal dalam upaya sinisnya untuk menipu forum ini," katanya tentang hasilnya.
Wakil duta besar Rusia untuk PBB di Jenewa Alexander Alimov menyebut proposal Barat "dipolitisasi, sepihak dan bias" versus proposal "konstruktif" sendiri. "Memanipulasi WHO tidak dapat diterima," katanya tentang hasilnya.
China mendukung Moskow dalam dua suara, dengan utusannya Yang Zhilun mengatakan WHO adalah forum yang salah untuk membahas masalah kesehatan Ukraina.
Pemungutan suara kembar, yang jarang terjadi dalam pertemuan WHO, tidak berdampak langsung pada konflik. Namun, dipandang sebagai dukungan multilateral yang semakin jarang atas posisi Kyiv lebih dari tiga bulan setelah dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari.
Negara-negara anggota WHO Eropa telah mengeluarkan resolusi yang dapat mengakibatkan penutupan kantor regional Rusia.
Para diplomat mengatakan kali ini mereka waspada untuk mendorong Rusia terlalu jauh dan mendorongnya untuk berhenti, mengingat kebutuhan untuk bekerja sama dengan WHO dalam pengawasan penyakit.
Resolusi tersebut muncul bersamaan dengan laporan dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang menyoroti konsekuensi kesehatan yang "menghancurkan" dari invasi Rusia ke Ukraina, termasuk 235 serangan terhadap layanan kesehatan serta korban massal yang lebih luas dan gangguan yang mengancam jiwa terhadap layanan kesehatan.
Baca juga: Korea Selatan Periksa Eks Pasukan Elit yang Bertempur di Ukraina
SUMBER: REUTERS