Biletsky terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2014. Dia meninggalkan Resimen Azov karena pejabat terpilih tidak boleh berada di militer atau kepolisian dan tetap menjadi anggota parlemen hingga 2019.
Pria berusia 42 tahun itu dijuluki Bely Vozd -atau Penguasa Putih- oleh para pendukungnya. Dia mendirikan partai sayap kanan di Ukraina, Korps Nasional pada Oktober 2016., yang intinya adalah veteran Resimen Azov.
Pasukan Paramiliter Sukarelawan
Unit tersebut menerima dukungan dari Menteri Dalam Negeri Ukraina pada tahun 2014, karena pemerintah telah mengakui bahwa militernya sendiri terlalu lemah untuk melawan separatis pro-Rusia dan mengandalkan pasukan paramiliter sukarelawan.
Pasukan ini didanai secara pribadi oleh oligarki, yang paling terkenal adalah Igor Kolomoisky, seorang miliarder raja energi dan gubernur wilayah Dnipropetrovsk saat itu. Selain Azov, Kolomoisky mendanai batalyon sukarelawan lainnya seperti unit Dnipro 1 dan Dnipro 2, Aidar serta Donbass.
Resimen Azov menerima dana awal dan bantuan dari oligarki lain: Serhiy Taruta, gubernur miliarder wilayah Donetsk. Ideologi Neo-Nazi Pada 2015, Andriy Diachenko, juru bicara resimen saat itu mengatakan bahwa 10 hingga 20 persen rekrutan Azov adalah Nazi.
Unit tersebut telah menyangkal bahwa mereka menganut ideologi Nazi secara keseluruhan, tetapi simbol Nazi seperti swastika dan SS regalia tersebar luas di seragam dan tubuh anggota Azov. Misalnya, seragam itu membawa simbol Wolfsangel neo-Nazi, yang menyerupai swastika hitam dengan latar belakang kuning. Namun kelompok tersebut mengatakan itu hanyalah campuran dari huruf "N" dan "I" yang mewakili "gagasan nasional".
Anggota individu telah mengaku sebagai neo-Nazi, dan ultra-nasionalisme sayap kanan garis keras menyebar di antara anggotanya. Pada Januari 2018, Azov meluncurkan unit patroli jalanan yang disebut National Druzhyna untuk "memulihkan" ketertiban di Ibu Kota, Kiev. Sebaliknya, unit tersebut melakukan pogrom yaitu pembantaian terorganisir terhadap komunitas Roma dan menyerang anggota komunitas LGBTQ.
“Ukraina adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki formasi neo-Nazi dalam angkatan bersenjatanya,” tulis seorang koresponden untuk majalah yang berbasis di AS, Nation, pada 2019.
Sebuah laporan tahun 2016 oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OCHA) menuduh Resimen Azov melanggar hukum humaniter internasional.
Laporan tersebut merinci insiden selama periode dari November 2015-Februari 2016 di mana Azov telah menempatkan senjata dan pasukan mereka di bangunan bekas sipil, dan penduduk yang mengungsi setelah menjarah properti sipil.
Berikutnya: Laporan itu juga menuding batalyon tersebut...