TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan media sosial Twitter akan menampilkan pemberitahuan atau peringatan pada beberapa konten yang diduga menyesatkan soal konflik di Ukraina. Twitter pada Kamis, 19 Mei 2022, juga menyatakan akan membatasi penyebaran klaim yang dibantah oleh kelompok kemanusiaan atau sumber kredibel lainnya.
Twitter mengatakan pendekatan kebijakan terbaru ini disebabkan oleh menjamurnya informasi yang salah selama krisis. Definisi Krisis menurut Twitter adalah situasi ancaman yang meluas terhadap kehidupan, keselamatan fisik, kesehatan, atau penghidupan dasar.
Pemberitahuan peringatan baru akan mengingatkan pengguna, bahwa suatu cuitan telah melanggar aturan Twitter. Akan tetapi, pengguna masih dimungkinkan melihat dan berkomentar pada cuitan itu.
Platform Twitter sendiri tidak akan memperkuat atau merekomendasikan tweet tersebut. Fitur retweet juga akan dinonaktifkan.
Kepala Keamanan dan Integritas Twitter Yoel Roth mengatakan pendekatan itu bisa menjadi cara yang lebih efektif untuk mengatur dan mencegah bahaya.
"Sambil tetap menjaga dan melindungi (hak) bicara di Twitter," katanya seperti dikutip Reuters, Jumat, 20 Mei 2022.
Twitter rencananya juga akan memprioritaskan penambahan label pada tweet yang diduga menyesatkan dari akun profil tinggi seperti pengguna terverifikasi atau profil resmi pemerintah. Langkah ini juga akan memprioritaskan konten yang dapat membahayakan orang-orang di lapangan.
"Sementara garis waktu untuk pekerjaan ini dimulai sebelum perang di Ukraina pecah, kebutuhan akan kebijakan ini menjadi fokus yang lebih jelas ketika konflik di Ukraina berlangsung," kata Roth.
REUTERS
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.